Collection Details
Namespace:
gokil
Dataset:
Collection:
gold
Owner:
0x6667877caeb7a3beffeb62b822e03d5f760c9a86
Transaction:
Timestamp:
Dec.13.2023 11:23:21 PM
Status:
OnChain
Collection Documents
_id | description | external_url | gain1 | gain2 | image | name | View |
---|---|---|---|---|---|---|---|
442d0ffccbd3cf792e7ed6063f232f7ae0c665b3be475739bc94d5c54b62f4f99 | gold | https://glacier.io/ | https://raw.githubusercontent.com/Glacier-Labs/resource/main/nft1.jpg | gold | View | ||
442d0ffccbd3cf792e7ed6063f232f7ae0c665b3be475739bc94d5c54b62f4f98 | gold | https://glacier.io/ | https://raw.githubusercontent.com/Glacier-Labs/resource/main/nft1.jpg | gold | View | ||
442d0ffccbd3cf792e7ed6063f232f7ae0c665b3be475739bc94d5c54b62f4f97 | gold | https://glacier.io/ | https://raw.githubusercontent.com/Glacier-Labs/resource/main/nft1.jpg | gold | View | ||
442d0ffccbd3cf792e7ed6063f232f7ae0c665b3be475739bc94d5c54b62f4f96 | Golden Angel | https://glacier.io/ | https://raw.githubusercontent.com/Glacier-Labs/resource/main/nft1.jpg | gold | View | ||
442d0ffccbd3cf792e7ed6063f232f7ae0c665b3be475739bc94d5c54b62f4f95 | Golden Angel | https://glacier.io/ | https://raw.githubusercontent.com/Glacier-Labs/resource/main/nft1.jpg | gold | View | ||
442d0ffccbd3cf792e7ed6063f232f7ae0c665b3be475739bc94d5c54b62f4f94 | Golden Angel | https://glacier.io/ | https://raw.githubusercontent.com/Glacier-Labs/resource/main/nft1.jpg | gold | View | ||
442d0ffccbd3cf792e7ed6063f232f7ae0c665b3be475739bc94d5c54b62f4f93 | Golden Angel | https://glacier.io/ | https://raw.githubusercontent.com/Glacier-Labs/resource/main/nft1.jpg | gold | View | ||
442d0ffccbd3cf792e7ed6063f232f7ae0c665b3be475739bc94d5c54b62f4f911 | gold | https://glacier.io/ | https://raw.githubusercontent.com/Glacier-Labs/resource/main/nft1.jpg | gold | View | ||
442d0ffccbd3cf792e7ed6063f232f7ae0c665b3be475739bc94d5c54b62f4f910 | gold | https://glacier.io/ | https://raw.githubusercontent.com/Glacier-Labs/resource/main/nft1.jpg | gold | View | ||
442d0ffccbd3cf792e7ed6063f232f7ae0c665b3be475739bc94d5c54b62f4f91 | TEKNIK LOBI DAN NEGOSIASI
3.1. Definisi dan Pengertian Lobi
Lobi merupakan sebuah tempat yang nyaman dan tenang terletak di hotelhotel dan tempat-tempat pertemuan. Tempat tersebut sesuai sebagai tempat untuk mengadakan pembicaraan dan pendekatan antara pihak-pihak yang melakukan pertemuan. Dalam perkembangannya lobi dimaknai sebagai pendekatan (approach). Lobi adalah pendekatan awal yang menjurus ke suatu tujuan yang menguntungkan, baik satu ataupun kedua belah pihak. Kegiatan lobi tidak hanya diperlukan oleh individu untuk memperoleh apa yang menguntungkan dari pihak lain, tetapi juga diperlukan bagi kepentingan suatu organisasi. Bagi suatu organisasi kegiatan melobi diperlukan demi suksesnya pelaksanaan rencana-rencana. Disini fungsi agensi-agensi pemerintah sangat diperlukan dalam memberikan izin usaha, hak paten yang sifatnya memudahkan dan menguntungkan organisasi. Beberapa definisi tentang lobi:
1. Menurut Kamus Inggris-Indonesia (John M.Echols): Lobi adalah ruang masuk (gedung), mencoba mempengaruhi
2. Menurut Kamus Bahasa Indonesia: Lobi adalah ruang uang teras di dekat pintu masuk hotel (bioskop, dan sebagainya), dilengkapi dengan beberapa perangkat meja-kursi, yang berfungsi sebagai ruang duduk atau ruang tunggu.
3. Melobi adalah melakukan pendekatan secara tidak resmi.
4. Menurut Tarsis Tarmudji, Lobi adalah suatu (bentuk) pressure group yang mempraktikkan seni mendapatkan teman yang berguna, dan memengaruhi orang lain.
Definisi lobi dapat disusun sebagai Suatu upaya pendekatan yang dilakukan oleh satu pihak yang memiliki kepentingan tertentu untuk memperoleh dukungan dari pihak lain yang dianggap memiliki pengaruh atau wewenang dalam upaya pencapaian tujuan yang ingin dicapai Definisi lain mengenai Lobi adalah suatu kegiatan dari orang-orang yang berusaha untuk mempengaruhi orang lain untuk suatu tujuan tertentu, baik itu sebuah lembaga pemerintahan maupun suatu organisasi tertentu. Tiap aktifitas lobi mengandung dua elemen utama, yakni kontak dan pengaruh, dimana pada tiap lobi selalu diawali dan diakhiri dengan “kontak”. Menjadi pelobi memerlukan keterbukaan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman cukup yang kesemuanya diperoleh melalui proses pengembangan yang berkesinambungan yang pada awalnya mencakup pengembangan kompetensi untuk mengelola kombinasi “kontak-target-waktu-tempat” secara efektif dan efisien. Hal ini dapat diwujudkan secara nyata apabila pelobi membekali diri dengan keterampilan membangun hubungan dengan orang lain (interpersonal) dan kemampuan untuk menjadi active listener dan assertive presenter.
3.2. Posisi dan Hubungan Lobi Dengan Komunikasi
Posisi lobi berada dalam bagian ilmu komunikasi, khususnya public relations,sehingga dalam melakukan lobi selalu berkaitan dengan teknik-teknik komunikasi. Teknik komunikasi sendiri seperti ditulis Onong Effendy (1989:10) terdiri atas:
1. Teknik Komunikasi informatif
2. Teknik komunikasi persuasive
3. Teknik innformasi intruksi
4. Teknik informasi manusiawi
Sedangkan hubungan lobi dengan komunikasi yakni lobi adalah sebuah kegiatan komunikasi, dimana komunikasi memiliki sifat yang informal. Dalam lobi melibatkan minmal 3 komponen:
1. Pertama, pelobi yang telah bertindak sebagai komunikator
2. Kedua, pesan-pesan lobi
3. Ketiga, adalah sasaran lobi atau target lobi yang bertindak sebagai komunikan.
Lobi merupakan seni berkomunikasi. Pesan-pesan yang akan dikirimkan itu hendaknya dipahami target lobi sesuai dengan motif komunikasi. Bila pemahamannya tidak sesuai dengan motif komunikasi, maka lobi bisa dibilag gagal. Keberhasilan lobi banyak ditentukan oleh pemahaman pelobi (komunikator) tentang siapa orang yang menjadi target lobinya atau komunikannya.
3.3. Fungsi dan Persiapan Lobi
Fungsi Lobi Fungsi lobi adalah untuk melindungi kepentingan organisasi/lembaga bisnis dengan membuka komunikasi pada pihak pengambil keputusan, diantaranya: membangun koalisi dengan organisasi-organisasi lain, mengumpulkan informasi dan mempersiapkan laporan untuk legislator yang mewakili posisi organisasi dalam isu-isu kunci. Menurut Grunig dan Hunt (1984), kegiatan melobi meliputi:
• Membangun koalisi dengan organisasi-organisasi lain, berbagai kepentingan dan tujuan-tujuan untuk melakukan usaha bersama dalam memengaruhi wakil-wakil legislatif.
• Mengumpulkan informasi dan mempersiapkan laporan untuk legislator yang mewakili posisi organisasi dalam isu-isu kunci.
• Melakukan kontak dengan individu-individu yang berpengaruh, dan wakilwakil dari agensi yang menyatu.
• Mempersiapkan pengamat dan pembicara ahli untuk mewakili posisi organisasi terhadap legislator.
• Memusatkan debat pada isi kunci, fakta, dan bukti-bukti yang mendukung posisi organisasi.
• Mempengaruhi keputusan atau kebijakan pihak lain sehingga baik keputusan maupun kebijakan yang diambil akan menguntungkan pelobi, organisasi ataupun pelobi.
Kemudian untuk melakukan lobi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, persiapan lobi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Langkah-langkah Persiapan:
• Pahami prinsip-prinsip kegiatan lobi kita. Kenali sasaran lobi kita.
• Pahami prinsip-prinsip membangun kepercayaan sasaran lobi terhadap diri kita.
• Berikan gambaran manfaat yang didapat bila mendukung atau mengabulkan permintaan kita.
• Persiapkan berbagai fasilitas pendukung (waktu, tempat, dan acara).
2. Ukuran Keberhasilan Mengetahui parameter keberhasilan kita sama pentingnya dengan mengetahui tujuan lobi kita. 1) Sasaran yang dilobi, 2) Lobi terhadap pemerintah (lembaga legislatif, yudikatif, eksekutif). Kedudukan pemerintah adalah kedudukan tertinggi dalam sebuah pemerintah. Merekalah yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara untuk mengeluarkan peraturan atau undang-undang.
3. Lobi terhadap organisasi atau perusahaan lain, seperti: perbankan, competitor, media, lobi dengan perusahaan mitra strategis, asosiasi, supplier, LSM, perusahaan farmasi, perusahaan ekspor-impor, perusahaan jasa konsultan.
3.4. Sasaran dan Tujuan Lobi
• Golongan masyarakat yang biasa disebut dengan Kalangan Kosmopolit. Mereka adalah orang yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup luas, yang tidak diragukan lagi kemampuan maupun kecakapannya.
• Anggota organisasi yang memiliki kontak paling penting dengan pihakpihak legislatif, eksekutif maupun yudikatif.
• Tokoh masyarakat yang sudah dikenal kredibilitasnya, integritas maupun reputasinya, tokoh LSM, dan individu-individu berpengaruh lainnya.
• Kalangan jurnalis (wartawan dan redaktur) yang memiliki networking dan jaringan informasi cukup luas, serta memiliki power untuk membentuk opini.
• Pejabat tinggi negara seperti anggota legislative (DPR/D), eksekutif (pejabat pemerintah, seperti menteri, dirjen, gubernur, walikota, dan sebagainya) dan yudikatif (MA, Departemen Kehakiman dan HAM), yang keputusankeputusannya bisa mengubah segalanya baik di bidang politik, hukum, perundang-undangan, sosial ekonomi, dan sebagainya.
Ada tiga jenis lobi, yakni: 1) Lobi tradisional, pelobi mendekati pengambil keputusan. 2) Lobi akar rumput, menggunakan masyarakat untuk mempengaruhi pengambil keputusan. 3) Lobi political action committee, komite-komite yang dibentuk perusahaanperusahaan besar agar wakilnya dapat duduk di parlemen/pemerintah. Langkah-langkah lobi dilakukan dengan: 1)Mengetahui motif-motif orang yang terlibat dalam lobi. 2. Mewaspadai jebakan. 3. Menetralisir sikap lawan. 4. Memperbesar situasi media dan menyusun rancangan pendekatan media. Lobi memiliki beberapa karakteristik yaitu bersifat informal dalam berbagai bentuk, pelakunya juga beragam, dapat melibatkan pihak ketiga sebagai perantara, tempat dan waktu fleksibel dengan pendekatan satu arah oleh pelobi. Ada beberapa cara untuk melakukan lobi baik yang legal maupun ilegal, secara terbuka maupun tertutup/rahasia, secara langsung ataupun tidak langsung. Sebagai contoh: upaya penyuapan dapat dikategorikan sebagai lobi secara langsung, tertutup dan ilegal. Lobi semacam ini jelas melanggar hukum, namun karena bersifat tertutup/rahasia, agak sulit untuk membuktikannya (contoh: kasus-kasus lobi pemenangan tender dengan pendekatan gula-gula/wanita, seperti yang sering diberitakan diberbagai mass media). Tujuan Lobi adala sebagai berikut :
• Orang tersebut mau melakukan suatu hal untuk anda dengan senang hati.
• Orang tersebut terbuka untuk melakukan kerja sama dengan anda.
• Terjadi hubungan yang lebih menyenangkan (lebih ke arah pertemanan, bukan sekedar hubungan bisnis)
• Menciptakan suatu kerja sama yang saling menguntungkan, saling mempercayai, saling menghargai dari pihak-pihak yang telah kita lobi.
• Lobi bukan untuk mencari keuntugan dari pihak yang dilobi, tapi bagaimana berdiskusi dalam pencarian solusi dan mampu bekerja sama yang saling menguntungkan
3.5. Pengertian Negosiasi
Pengertian Negosiasi Negosiasi (Negotiation) dalam arti harfiah adalah negosiasi atau perundingan. Negosiasi adalah komunikasi timbal balik yang dirancang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Negosiasi memiliki dua arti, yaitu:
• Proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain;
• Penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihakpihak yang bersangkutan. Secara ringkas dapat dirumuskan, bahwa Negosiasi adalah suatu proses perundingan antara para pihak yang berselisih atau berbeda pendapat tentang sesuatu permasalahan.
Esensi Lobi dan Negosiasi adalah walaupun bentuknya berbeda, namun esensi Lobi dan Negosiasi; mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk mencapai sesuatu target (objective) tertentu. Lobi-lobi atau negosiasi harus diperankan oleh Pelobi (Lobyiest) yang mahir dan mempunyai kemampuan berkomunikasi yang tinggi (komunikabilitas). Hanya saja ;Negosiasi merupakan suatu proses resmi atau formal. Sedangkan Lobi merupakan bagian dari Negosiasi atau dapat pula dikatakan sebagai awal dari suatu proses Negosiasi.
3.6. Paradigma Dan Langkah-Langkah Negosiasi.
Dua Paradigma Dasar Dalam Negosiasi :
1. Distributive Bargaining. Paradigma ini menggunakan pendekatan win and lose (menang-kalah) di mana satu pihak menang sedangkan pihak lainnya kalah yang dikenal dengan istilah zero-sum. Contohnya adalah dalam penjualan mobil bekas, properti, lain-lain kebutuhan dalam organisasi, tawar-menawar dalam penggajian. 2. Integrative Bargaining. Paradigma ini menggunakan pendekatan win-win (menang-menang), kedua belah pihak memperoleh keuntungan dari negosiasi. Hal ini juga dikenal dengan istilah positive-sum.
Langkah-langkah Yang Diperlukan Dalam Negosiasi 1. Preparation
(Persiapan). Persiapan dimulai jauh-jauh hari sebelum negosiasi dilakukan dengan cara mencari tahu keadaan mitra, negosiasi, kehendak apa yang sesungguhnya diinginkan oleh mitra kita. Masing-masing pihak memberikan berbagai informasi, misalnya tentang sejarah, kebiasaan-kebiasaan, sebelum berinteraksi dan sebelum kesepakatan dibuat oleh masing-masing pihak. Masing-masing pihak menyatukan anggota-anggotanya untuk menyamakan keinginan, pengharapan dan pilihanpilihannya pada kesepakatan yang baru. Masing-masing pihak juga mempelajari situasi dari pesaing organisasi. Due Diliguent (penelitian mendalam merupakan salah satu dari kegiatan persiapan negosiasi). 2. Evaluation of alternatives (Evaluasi berbagai kemungkinan). Dua belah pihak berusaha mencoba mengidentifikasi tahap tawar menawar yaitu tahap di mana dua pihak akan memperoleh kesepakatan yang dapat diterima. 3. Identifying interests (Identifikasi berbagai kepentingan) Ketentuan yang berlaku bagi negosiator adalah tercapainya kepentingan yang sesungguhnya; hubungan personal, atau organisasional. 4. Making Trade-off and Creating Joint Gains (Membuat pertukaran dan menciptakan keuntungan bersama). Penawar memanfaatkan pertukaran untuk memperoleh kepentingannya dan kepentingan-kepentingan pihak lainnya. 5. Oleh karena itu kalau akan mengadakan negosiasi, kedua belah pihak harus berusaha sejak semula mencapai beberapa keuntungan yang sama-sama dikehendaki. Keuntungan dapat berupa materi/uang atau keuntungan dalam hubungan atau relasi. Sehingga bila ada pertikaian akibat adanya perilaku yang anti sosial, atau tidak jujur dari salah satu pihak, maka tak satu pihakpun yang merasa menerima nasib lebih buruk daripada sebelum mereka memulainya, kecuali karena salah duga atau ketidakmampuan mereka sendiri.
3.7. Strategi Dalam Negosiasi
Strategi Dalam Bernegosiasi Tiga kebiasaan dalam strategi negosiasi yaitu : 1) A Competitive Strategy. Mengutamakan pencapaian tujuan dirinya dengan mengorbankan tujuan pihak lain. Kelompok atau individu dapat saja merahasiakan sesuatu kekuatan, atau menggertak sebagai cara untuk memperoleh tujuannya dan mengesampingkan tujuan pihak lain. Tipe: Distributive Bargaining. Kata-kata kunci "I Win, You Lose". 2) A Collaborative Strategy. Menekankan pada pencapaian tujuan kedua belah pihak. Strategi ini menghendaki adanya komunikasi yang akurat sesuai dengan keinginan pihak lain. Pendekatan strategi ini lebih kepada pemecahan masalah, dan mencari solusi untuk mendapatkan kepuasan dari kedua pihak. Tipe: Integrative Bargaining. Kata-kata kunci: "Apa jalan terbaik mencapai tujuan dari kedua pihak?". 3) A Subordinating Strategy. Menekankan satu pihak mencapai tujuan setelah pihak lain menghindari konflik. Individu atau kelompok akan lebih mengutamakan tujuan pihak lain tercapai daripada pencapaian tujuannya sendiri. Tipe: Distributive Bargaining. Kata-kata kunci: "You Win, I Lose".
3.8. Definisi Dan Pengertian Diplomasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang bekerja sama dengan Balai Pustaka, diplomasi diartikan sebagai urusan penyelengaraan perhubungan resmi antara satu negara dengan negara lain. Bisa juga diartikan sebagai urusan kepentingan sebuah negara dengan perantaraan wakil-wakilnya di negara lain. Berdasarkan Rivier (dalam Salow, 1957) yang juga dikutip oleh Jusuf Badri menyebutkan pengertian diplomasi ada tiga jenis, diantaranya:
1) Ilmu dan seni dalam mewakili negara dan bernegosiasi
2) Kata yang sama dipergunakan untuk mengekspresikan suatu konsep yang cukup kompleks serta meliputi seluruh permasalahan, cara-cara serta upaya mewakili negara, termasuk Kementerian Luar Negeri atau seluruh agenagen politik. Dalam pengertian inilah, orang dapat menyebutkan tentang kendala diplomasi Perancis selama masa-masa tertentu atau tentang diplomasi Rusia dan Austria.
3) Akhirnya, diplomasi diartikan sebagai karier atau profesi seorang diplomat. Seorang yang mengangkat sumpah untuk menjadi pengacara, atau juga prajurit (prinsip-prinsip hak kewajiban rakyat).
Selain itu menurut Jusuf Badri (2001: 22) diplomasi memiliki pengertian lain yang memiliki arti seni menyuruh orang lain untuk mengerjakan sesuatu sesuai yang kita inginkan, tetapi yang bersangkutan tidak merasa terpaksa, sebaliknya seolah merasa bahwa yang ia lakukan didasari oleh kesadaran atau atas kehendak sendiri.
3.9. Fungsi Diplomasi
Secara umum fungsi diplomasi bisa dilihat dari Lord Strang yang menjelaskan bahwa fungsi diplomasi yang utama adalah menyelesaikan berbagai perbedaan internasional dengan penuh ketenangan kagi bersahabat melalui diskusi serta perundingan yang diperlancar hubungan-hubungan pribadi yang lebih baik dengan saling perhatian. Sedangkan secara khusus, dibedakan dari diplomasi yang melekat pada utusan yang dikirim untuk melakukan satu keperluan tertentu saja, setelah keperluannya selesai segera kembali ke negara asalnya, dengan fungsi diplomasi yang melekat sebagai jabatan structural politis, yaitu jabatan sebagai wakil atau kepala perwakilan diplomatic di luar negeri. Wakil atau kepala perwakilan ini berkantor tetap di negara tempat dia ditunjuk. Gelar jabatan atau kepangkatannya adalah Duta besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, Duta Luar Biasa dan Menteri Berkuasa Penuh, dan Konsul.
Fungsi diplomasi yang melekat pada seorang Duta besar menurut Jusuf Badri mencakup tiga hal yakni: 1) Negosiasi/perundingan, 2) Observasi, dan 3) Perlindungan.
3.10. Diplomasi Sebagai Profesi
Diplomasi merupakan kegiatan yang sama tuanya dengan usia negara atau kerajaan itu sendiri. Hal itu dikarenakan dalam sejarahnya, sebuah negara dipimpin seorang raja. Kekuasaan raja saat itu sifatnya mutlak dan besar.
Sebagai seorang diplomat perwakilan dari sebuah negara bertanggungjawab dalam menjadlin hubungan diplomatic kepada entitas tempat bertugasnya. Seorang diplomat harus memiliki kemampuan berdiplomasi yang baik dan kecakapan intelektual yang mumpuni.
3.11. Definisi Organisasi
Menurut Sondang Siagian berpendapat bahwa organisasi merupakan bentuk perserikatan atau persekutuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk melakukan kerjasama (mencapai suatu tujuan tertentu bersama) dalam sebuah ikatan yang formal.
3.12. Mengapa Menggunakan Komunikasi Dan Apa Hubungannya
• Dalam proses lobi dan negosiasi selain melibatkan proses komunikasi,baik secara verbal dan komunikasi secara nonverbal.
• Bahasa tubuh dan komunikasi nonverbal digunakan antara lain bertujuan untuk memperkuat pesan yang telah disampaikan dengan menggunakan komunikasi verbal.
• Penggunaan bahasa tubuh dan komunikasi nonverbal dalam proses lobi dan negosiasi berbeda dengan penggunaan komunikasi verbal, sangat memungkinkan terjadi nya masalah baik yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
• Masalah komunikasi dalam proses lobi dan negosiasi kadangkala terjadi dengan atau tanpa disadari oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses tersebut.
3.13. Definisi Komunikasi
Lasswel mendefinisikan komunikasi dengan: who says what-in which channelto whom-and with what effect. Maka komponen dalam komunikasi terdiri dari:
1. Komunikator (siapa)
2. Pesan (mengatakan apa)
3. Saluran (melalui saluran apa)
4. Komunikan (kepada siapa)
5. Efek (dengan efek bagaimana)
Beberapa tujuan dari komunikasi adalah untuk:
• Mempengaruhi
• Menarik perhatian
• Menarik simpati
• Menimbulkan empati
• Menyampaikan informasi Bila dikaitkan dengan kegiatan Public Relations, maka PR harus benar-benar memahami esensi dari kegiatan komunikasi itu sendiri agar tujuannya (pencitraan) dapat tercapai.
3.14. Hubungan Lobi dan Komunikasi
• Lobi merupakan kegiatan komunikasi yang bersifat informal guna membujuk, merayu, atau mempengaruhi pihak lain agar pihak lain tersebut menyetujui usulan, gagasan ataupun pokok pikiran si pelobi.
• Lobi dapat dilakukan di dalam beberapa konteks komunikasi, seperti komunikasi intrapribadi, interpribadi, kelompok, organisasi, dan massa.
• Dalam komunikasi organisasi, kerangka berpikir anggota organisasi harus diperhatikan karena satu dan lainnya berbeda-beda.
• Keberhasilan lobi dalam komunikasi kelompok dipengaruhi karena adanya teori tentang komunikasi kelompok itu sendiri, alasannya adalah lobi kerap dilakukan tidak hanya orang per orang , melainkan dilakukan tim.
• Dalam komunikasi politik, lobi juga berhubungan dengan propaganda (teknik mempengaruhi), dan komunikasi persuasif (tujuan ingin membujuk).
• Dalam komunikasi antarbudaya, lobi sangat diperlukan bagi para pelobi terutama bila sasarannya adalah orang dari daerah atau bahkan negara yang berbeda, sehingga konflik (miscommunication) tidak terjadi
3.15. Lobi Dan Diplomasi Di Masa Krisis
• Krisis adalah kejadian atau peristiwa yang dapat mempengaruhi, mengganggu, merusak, atau menghancurkan jalannya, seluruh kegiatan organisasi atau perusahaan.
• Krisis berdampak menimbulkan kerugian material dan imaterial.
• Krisis dapat merusak kredibilitas perusahaan. Minimal menyebabkan orang takut berhubungan dengan organisasi atau perusahaan tersebut.
• Krisis dapat diselesaikan dengan lobi dan diplomasi.
3.16. Peran PR Di Masa Krisis
• Di sinilah fungsi lobi, diplomasi, dan negosiasi berperan. Fungsi lobi, diplomasi, dan negosiasi di sini adalah bagaimana membangun hubungan dengan seluruh stakeholder. PR harus dapat mempengaruhi
• Stakeholdernya secara persuasif lewat komunikasi informal sehingga organisasi atau perusahaan bisa mendapatkan pengertian dan dukungan dengan data dan informasi terbatas dalam waktu yang relatif singkat.
3.17. Fungsi Diplomasi Bagi Insan PR Di Masa Krisis
• PR berfungsi menjadi juru bicara perusahaan, mewakili perusahaan sehingga harus mampu mengkomunikasikan secara diplomatis berbagai kepentingan organisasi atau perusahaan dan terus menjembatani kepentingan perusahaan dengan para stakeholdernya.
• PR harus bisa mengelola berbagai permasalahan dan melakukan perundingan tanpa menimbulkan permusuhan.
3.18. Persiapan Lobi
1. Langkah-langkah Persiapan:
a) Pahami prinsip-prinsip kegiatan lobi kita.
• Kenali sasaran lobi kita.
• Pahami prinsip-prinsip membangun kepercayaan sasaran lobi terhadap diri kita.
• Berikan gambaran manfaat yang didapat bila mendukung atau mengabulkan permintaan kita.
• Persiapkan berbagai fasilitas pendukung (waktu, tempat, dan acara).
2. Ukuran Keberhasilan Mengetahui parameter keberhasilan kita sama pentingnya dengan mengetahui tujuan lobi kita. 3
3. Sasaran yang dilobi
4. Lobi terhadap pemerintah (lembaga legislatif, yudikatif, eksekutif) Kedudukan pemerintah adalah kedudukan tertinggi dalam sebuah pemerintah. Merekalah yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara untuk mengeluarkan peraturan atau undang-undang.
5. Lobi terhadap organisasi atau perusahaan lain, seperti: Perbankan, competitor, media, lobi dengan perusahaan mitra strategis, asosiasi, supplier, LSM, perusahaan farmasi, perusahaan ekspor-impor dan perusahaan jasa konsultan
3.19. Beberapa Rambu Dan Permasalahan
• Rambu dan permasalahan di sini menyangkut pada komitmen terhadap etika dan beberapa peraturan tidak terulis namun menyoroti kinerja lobi kita.
• Pelobi dapat menggunakan teknik-teknik komunikasi dan psikologi, misalnya menggunakan pendekatan religi dan budaya, sambil melengkapinya dengan data dan informasi yang benar untuk menggolkan lobinya.
• Networking sangat diperlukan, karena selain memberikan keunggulan bersaing, juga kadang dibutuhkan orang yang akan kita lobi.
• Sebaiknya dibuat dengan perencanaan yang matang.
• Hindari kegiatan yang dapat melukai hati masyarakat. Masyarakat yang terluka sama artinya dengan menciptakan musuh baru buat kita maupun organisasi dan perusahaan.
3.20. Mengorganisasikan Dan Merencanakan Lobi
• Menetapkan Bentuk Kegiatan
• Menetapkan Tempat dan Suasana
• Privasi Kondisi/keinginan sasaran
• Pertimbangkan faktor lokasi tempat lobi berlangsung
• Menetapkan Waktu
• Menetapkan Tim Lobi
• Menetapkan Tujuan Lobi
• Menetapkan Anggaran. Anggaran (budget) tergantung banyak variabel
• Pentingnya Persiapan
3.21. Menetapkan Strategi Lobi Yang Efektif
A. Urutan Prioritas
• Siapa yang dilobi akan menentukan tempat dan waktu lobi dan itu terkait dengan: a) Posisi jabatan, kewenangannya dalam memutuskan. Dia memiliki kewenangan memutuskan atau hanya sekedar memberi saran? Kalau hanya memiliki kewenangan memberi saran, sejauh mana pressure yang bisa dihasilkannya? Bagaimana pula hubungan psikologis dan hubungan politis dengan si pengambil keputusan? b) Juga terkait dengan situasi psikologis dan sosiografis yang akan dibangun maupun yang harus kita siapkan. c) Anggaran yang disediakan. d). Waktu dan tempat. e) Kedalaman pesan, fakta dan data yang harus dan memungkinkan diberikan saat itu (tidak semua fakta dan data dapat diberikan di sembarang tempat), dan sebagainya.
B. Menyiapkan Argumen Lobi
Yang berhasil adalah lobi yang didasari dengan pendekatan yang baik, itu benar. Akan tetapi, lobi yang mampu membantu upaya pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan tidaklah sesederhana itu. Kita harus melengkapi kegiatan lobi kita dengan berbagai informasi dan data statistik yang dibutuhkan untuk meyakinkan sasaran lobi
C). Merumuskan Ide dan Usulan. Bagaimana Anda membungkus idenya.
Komponennya adalah:
• Bagaimana agar menjadikan ide seolaholah dari mereka.
• Ide Anda mendukung ide-ide sasaran lobi.
• Ide-ide Anda seolah meringankan tugas mereka.
• Ide Anda tersebut memberikan manfaat yang besar buat masyarakat.
3.22. Unsur-Unsur Penting Dalam Negosiasi
Tiga unsur penting yang perlu mendapat perhatian di dalam bernegosiasi:
1. Negosiasi sebagai tindakan bersama;
2. Negosiasi sebagai suatu alat;
3. Negosiasi untuk mengajukan kepentingan.
3.23. Guidelines Dalam Negosiasi
Beberapa Guidelines Dalam Bernegosiasi 1) Menentukan tuntutan/permintaan akan tetapi tidak melampaui batas. Pengalaman menunjukkan bahwa dalam bernegosiasi selalu dimulai dengan menanyakan apa yang akan kita capai bersama, sebab mereka percaya bahwa dengan kesepakatan akan dapat menghindari jalan buntu. Sebab, permintaan yang melampaui batas akan sangat tidak masuk akal dan menghina pihak lainnya yang pada akhirnya akan menyulitkan dalam mencapai kesepakatan. 2) Mendorong adanya kompromi tanpa mengalahkan Keinginan/keperluan adanya kesepakatan selalu menunjukkan adanya dilema. Salah satu pihak mengakui sangat mudah mengalah, dan pihak lainnya mendorong untuk mendapatkan lebih banyak dengan sedikit memberi. 3) Menggunakan persepsi rasional yang mendukung posisi anda Kalau dalam negosiasi menggunakan penghubung, maka tujuan dari persuasi yang rasional ialah meyakinkan pihak lainnya membuat konsesi lebih banyak. 4) Jangan tamak Apabila kesepakatan mulai dirasakan, janganlah kita menjadi tamak/loba/rakus.
3.24. Perbedaan Budaya Dalam Negosiasi
Dalam setiap negosiasi akan didapati adanya perbedaan budaya diantara berbagai pihak. Indonesia yang mempunyai 500 bahasa tentu mempunyai perbedaan budaya paling tidak 500. Demikian juga dalam negosiasi dengan negaranegara di dunia. Perbedaan budaya itu meliputi antara lain gaya bicara, gaya bahasa, pengertian dan ungkapan suatu kata, menjadi lebih besar lagi dibanding dengan Indonesia. Perbedaan budaya dalam negosiasi jangan dijadikan sebagai penghalang dalam melakukan negosiasi. Namun hendaknya dijadikan sebagai tantangan dan bahan pertimbangan yang lebih matang.
3.25. Komponen Dan Pemikiran Kolaborasi
1. Collaborative Culture. Seperangkat nilai-nilai dasar yang membentuk tingkah laku dan sikap bisnis. Di sini yang dimaksudkan adalah budaya dari orang-orang yang akan berkolaborasi.
2. Collaborative Leadership. Suatu kebersamaan yang merupakan fungsi situasional dan bukan sekedar hirarki dari setiap posisi yang melibatkan setiap orang dalam organisasi
3. Strategic Vision. Prinsip-prinsip pemandu dan tujuan keseluruhan dari organisasi yang bertumpu pada pelajaran yang berdasarkan kerjasama intern dan terfokus secara strategis pada kekhasan dan peran nilai tambah di pasar
4. Collaborative Team Process. Sekumpulan proses kerja non birokrasi dikelola oleh tim-tim kolaborasi dari kerjasama profesional yang bertanggung jawab penuh bagi keberhasilannya dan mempelajari keterampilan-keterampilan yang memungkinkan mereka menjadi mandiri.
5. Collaborative Structure. Pembenahan diri dari sistem-sistem pendukung bisnis (terutama sistem informasi dan sumberdaya manusia), memastikan keberhasilan tempat kerja yang kolaboratif.
Beberapa Pemikiran Tentang Kolaborasi:
1. Perubahan total. Kolaborasi bukanlah sebuah program yang secara teknis untuk memecahkan masalah, tetapi merupakan perubahan total cara bekerja bersama. Artinya bersama-sama memikirkan pelanggan, dan saling berperilaku baik terhadap satu sama lain.
2. Etos kerja baru. Kolaborasi merupakan etos kerja yang menghargai pemikiran, bahwa pekerjaan dapat diselesaikan bersama dengan orang lain secara bahu membahu.
3. Sikap kebersamaan.
4. Pengambilan keputusan. Kolaborasi memberikan nuansa kerangka kerja kedekatan selalu keputusan bisnis atau keputusan organisasi baik itu keputusan mengenai strategi, pelanggan, masyarakat, atau sistem kerja melalui keikutsertaan pekerja dalam pelaksanaan.
5. Suatu metode dan alat. Kolaborasi juga menghasilkan suatu metode dan alat yang membantu angkatan kerja untuk bersatu, memiliki rasa tanggung jawab mensukseskan usaha dan membantu suatu sistem organisasi yang menghasilkan kinerja yang baik.
3.26. Menciptakan Budaya Kolaboratif
Hormat menghormati, percaya dan jujur, merupakan tiga unsur yang sangat penting untuk meraih keuntungan dari persaingan di tempat kerja yang semakin kacau. Bentuk manajemen command and control yang menggunakan kekuasaan menciptakan budaya takut dan menghasilkan perilaku yang sudah dapat diduga. Karyawan dituntut untuk menerapkan peraturan yang tetap atau tidak tetap, akan tetapi produktifitas, energi dan loyalitas pada perusahaan akan berkurang atau bahkan menderita. Apa yang perlu dilakukan dalam menciptakan kultur di tempat kerja agar kehormatan, kepercayaan dan kejujuran dijadikan norma dari budaya kerja? Bagaimanakah menciptakan lingkungan kerja dengan orangorang yang berkeinginan mengambil tanggung jawab? Sukses kerja perusahaan dan yang akan diperhitungkan sebagai hasil kerja mereka? Dan bagaimana mulai merubah budaya dan kebiasaan lama menuju kepada lingkungan kerja yang berarti, akan tetapi bukan yang menentang atau menghadang kita?
3.27. Kepemimpinan Dan Menciptakan Tim Kolaboratif
Di tempat kerja yang kolaboratif pimpinan lebih menonjol sebagai fungsi dari pada sebagai struktur yang hirarkis. Hal ini mengingat sifat kolaborasi itu sendiri yang lebih mementingkan rasa saling menghormati, keterbukaan dan kepercayaan.
Sepuluh langkah menuju kepemimpinan yang kolaboratif:
1. Analisa nilai-nilai inti anda (Analyzing your core values
2. Menilai keterampilan anda (Assessing your skills).
3. Merumuskan visi dan misi anda (Formulating your vision dan mission).
4. Menetapkan Kembali filosofi anda dalam memimpin dan mengatur (Redefining your leading and managing philosophy).
5. Menilai perilaku anda (Assessing your behaviour).
6. Menganalisa peran-peran anda (Analizing your roles).
7. Menentukan pilihan (making the choice).
8. Menetapkan tolok ukur dan mempelajari kembali umpan balik (Setting measurement and feedback recommitting to yourself).
9. Melaksanakan rencana tindakan anda (Imple- menting your action plan).
10. Mengevaluasi dan merayakan kemajuan anda (Evaluating and celebrating your progress). Setelah tiga bulan, lakukan evaluasi atau peninjauan atas kemajuan anda. Gunakan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan. Buat petanya dan rayakan kemenangan anda dengan rekan sekerja, suami/istri dan kawan-kawan.
Ada delapan langkah pembentukan Tim Kolaboratif : Langkah 1. Menjelaskan Tugas dan Fungsi Tim (The Team's Task or Function); Langkah 2. Menjelaskan Peran dan Tanggungjawab Tim (Clari-fying Team Roles and Responsibilities); Langkah 3. Membuat Kesepakatan Pelaksanaan (Establishing Operating Agreement); Langkah .4. Menciptakan Anggaran Dasar Tim (Creating a Team Charter); Langkah 5. Mencari Faktor Penentu Keberhasilan (Identifying Critical Success Factors); Langkah 6. Mengembangkan Rencana Tindakan (Developing An Action Plan); Langkah 7. Memulai Pengembangan Keterampilan Kolaboratif (Beginning Collaborative Skills Development) Langkah 8. Membuat Ukuran dan Mengukur Kemajuan (Establishing Measures and Measuring Progress).
3.28. Pengertian dan Tujuan Pokok Membangun Jejaring Kerja
Wayne E. Baker dalam bukunya Networking Smart, 1994 mengatakan Jejaring adalah proses aktif membangun dan mengelola hubungan-hubungan yang produktif. Jejaring merupakan hubungan yang luas dan kokoh baik personal maupun organisasi. Sedangkan pengertian Jejaring dalam organisasi adalah suatu proses pemeliharaan, penumbuhan serta pengintegrasian kemampuan-kemampuan terpilih, bakatbakat, hubungan danpartner dengan cara mengembangkan kemitraan yang kreatif dan strategis bagi peningkatan kinerja organisasi (Networking is a process of nurturing, cultivating, and integrating selected capabilities, talents, relationship, and partners, by developing strategic and creative alignment for a higher performance of organizations).
Tujuan Pokok Membangun Jejaring Craig Hickman et al dalam bukunya The Fourth Dimension, 1966 mengatakan bahwa tujuan pokok Network itu meliputi:
1. Menyatukan bakat, potensi, kemampuan, baik individu, kelompok maupun seluruh jajaran organisasi sedemikian rupa sehingga tercipta kemampuan bersama yang makin besar.
2. Fokus yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan pokok yaitu: mempersatukan bakat, kecakapan, keterampilan serta kemampuan lainnya yang masih diperlukan organisasi. bagaimana membina dan mengembangkan hubungan untuk meningkatkan kemampuan bersama guna mencapai tujuan yang disepakati termasuk meningkatkan kesatuan dan persatuan organisasi.
3. Unsur pokok yang dapat membantu tujuan membangun Jejaring ialah: membina dan mengembangkan sumberdaya manusia. mengembangkan kemampuan organisasi. Mewujudkan pencapaian tujuan bersama.
4. Membantu mengembangkan berbagai ragam kemampuan anggota organisasi sehingga dapat mewujudkan peningkatan kemampuan di setiap jenjang organisasi secara menyeluruh. Untuk melakukan networking perlu diperhatikan beberapa prinsip yaitu: Hubungan merupakan kebutuhan dasar manusia. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa berhubungan satu sama lain. Hidup manusia selalu tergantung kepada manusia lainnya. Dengan demikian, hubungan merupakan kebutuhan dasarnya. Manusia cenderung berbuat sebagaimana yang diharapkan Manusia cenderung berkumpul dengan orang yang mempunyai kesamaan. Banyak didapati adanya perkumpulan/organisasi dari orang-orang yang mempunyai profesi yang sama, dari satu sekolah/alumni dan satu kota, desa, daerah/propinsi, dari satu suku, atau bahkan dari satu keturunan dll. Interaksi yang berulang-ulang mendorong orang untuk bekerja sama. Kalau manusia itu berinteraksi dengan berulangulang maka mereka ingin mengadakan kerjasama. Dunia ini kecil sering dalam pergaulan manusia ditemui kata-kata atau Istilah "dunia ini kecil". Maksudnya manusia ini akan mudah mengatakan hubungan dan menjalin kerja sama.
Gambar 3.1 Tujuan Membangun Networking
Sumber : (Zainal, 2017)
Penggambaran diatas adalah untuk melakukan networking diperlukan prasyarat nilai-nilai pokok bagi keberhasilan networking (Prequisite core values for the success of networking).
3.29. Hubungan Antara Lobi, Diplomasi, Negosiasi Dan Perundingan
Lobi adalah serangkaian kegiatan komunikasi informal yang berupaya untuk memengaruhi sasarannya sehingga pihak sasarannya mendukung dan mengabulkan permintaan pelobi. Di sisi lain, pengertian diplomasi meski bisa dibawa ke dalam terminologi politik dan hubungan dua negara, namun untuk kepentingan individu (perseorangan atau kelompok), organisasi, lembaga, institusi atau perusahaan, pengertian diplomasi juga bisa dimanfaatkan untuk tujuan memengaruhi orang lain dengan tujuan yang sama, yaitu mendukung dan mengabulkan permintaan pelobi.
Dasar pernyataan tersebut bisa kita peroleh lewat pemahaman arti, fungsi dan tugas pokoknya. Pengertian diplomasi di awal pembahasan telah disebutkan sebagai serangkaian kegiatan yang membahas hubungan dua negara maupun perumusan politik luar negeri sebuah negara. Diplomasi adalah sebuah disiplin ilmu mengenai hubungan luar negeri, masalah-masalah ketatanegaraan, urusan resmi antarnegara dan sebagainya. Dalam pengertian lain, diplomasi diartikan sebagai seni berunding dan seni mendamaikan perbedaan antar bangsa atau organisasi/perusahaan. Pengertian seni di sinj dikaitkan dengan suatu aktivitas yaitu menyuruh orang lain mengerjakan yang kita inginkan, tetapi yang bersangkutan justru rasakan bahwa yang demikian itu memang merupakan kehendaknya sendiri.
Kemudian diplomasi juga diartikan sebagai seni akomodasi dan seni persuasi. Diplomasi sebagai seni pengendalian manusia bagi terjalinnya hubungan yang lebih baik. Contoh sederhananya, kita menawarkan bantuan kepada orang yang berhubungan dengan kita Sesuai kebutuhan orang tersebut dengan konsesi (kerelaan) orang tersebut memberikan kepada kita sesuatu yang menjadi miliknya, tetapi kita belum miliki. Di sini sifat hubungannya adalah saling Menguntungkan. Wujud nyatanya dalam kegiatan sehari-hari bervariasi mulai dari yang sederhana yaitu berupa kegiatan jual beli, barter, dan hibah hingga yang agak komplikatif yaitu perundingan Untuk menyelesaikan sebuah perbedaan, konflik, dan perseteruan.
Juga perlu diingatkan bahwa para pelobi atau para negosiator/ perunding, bila dilihat dari posisinya, mereka itu sesungguhnya menjalankan fungsinya sebagai wakil dari kelompok, organisasi, lembaga, institusi ataupun perusahaannya. Meskipun mungkin ia Secara pribadi tidak mewakili siapa-siapa, saat lobi, saat berdiplomasi, Saat bernegosiasi atau berunding, dia hadir untuk mewakili diri dan kepentingannya sendiri. Fungsinya ini sama persis dengan fungsi Seorang duta atau duta besar yang mewakili negaranya saat melakukan negosiasi/ perundingan guna mencapai persetujuan (agreement) yang menguntungkan kedua negara, negara yang diwakili duta besar dan ncgara tempat duta besar tersebut berkedudukan. Para pelobi atau para negosiator juga harus melakukan serangkaian kegiatan yang tidak beda dengan fungsi observasi yang dijalankan para duta besar. Mereka mengamati segala sesuatu yang bisa diamati di tempatnya melobi atau bernegosiasi, membuat kesimpulan, dan menjadikannya sebagai masukan buat kepentingan individu (perseorangan atau kelompok), organisasi, lembaga, institusi atau perusahaan. Mereka juga akan selalu berusaha melindungi kepentingan pihaknya sendiri.
Dengan demikian, antara lobi, diplomasi, negosiasi, atau perundingan sangat crat kaitannya, saling dukung dan saling melengkapi. Keberadaannya adalah sebagai alat bagi individu (perseorangan atau kelompok), organisasi, lembaga, institusi atau perusahaan untuk mencapai tujuannya. B. Antara Negosiasi dan Perundingan
Pernahkah Anda menghadapi satu situasi yang mengharuskan Anda mengambil keputusan, sementara keputusan tersebut tidak bisa Anda utuskan sendiri? Anda membutuhkan persetujuan pihak lain, misalnya. Apakah pimpinan Anda di kantor, orang tua, atau saudara Anda di rumah, ataupun pemerintah yang memiliki otoritas untuk mengizinkan atau tidak mengizinkannya sesuatu kegiatan. Bukankah Anda pernah menghadapi situasi-situasi demikian? Banyak keputusan yang sebelum diambil mengharuskan Anda meminta izin atau persetujuan terlebih dahulu. Contohnya:
1. Meminta izin pada pimpinan tertinggi organisasi atau perusahaan saat akan mempromosikan staf Anda yang dinilai menonjol kualitasnya.
2. Meminta izin untuk membuka cabang atau pabrik baru di tempat lain.
3. Memintakan izin untuk menyelenggarakan pesta HUT organisasi atau perusahaan Anda kepada kepolisian setempat.
4. Meminta kepada atasan atau pemilik perusahaan agar gaji Anda dinaikkan.
5. Meminta izin cuti karena salah satu anggota keluarga Anda akan melangsungkan pernikahan.
6. Menentukan ke mana akan pergi dalam acara liburan keluarga pada akhir tahun, dan sebagainya.
Seluruh permintaan izin atau persetujuan tersebut bisa langsung diberikan oleh orang atau institusi yang Anda mintakan izin, tanpa melalui serangkaian rapat dan diskusi, namun adakalanya membutuhkan upaya ekstra agar mereka mau mengizinkannya. Upaya ekstra maksudnya lewat perundingan yang alot dan harus disertai bukti-bukti yang kuat dan otentik. Serangkaian upaya ekstra tersebut tidak lain adalah berbagai kegiatan yang bersifat:
1. Memberikan argumentasi alasan Anda akan melakukan kegiatan tersebut.
2. Membantu mereka agar saat mengambil keputusan mereka tidak merasa rugi atau merasa dirugikan.
3. Membujuk dan merayu mereka secara persuasif agar menyetujui permohonan Anda.
4. Paling penting, meski semua keputusan yang mereka berikan adalah untuk kepentingan Anda, setidaknya Anda harus berusaha menunjukkan bahwa keputusannya tersebut juga bermantaat (langsung maupun tidak langsung) buat kepentingan mereka.
Kegiatan memberikan argumentasi, membantu mereka dalam mengambil keputusan, membujuk dan merayu secara persuasif agar mereka mengizinkan Anda melakukan berbagai kegiatan termasuk kegiatan mereka mengizinkan permintaan Anda, seluruhnya adalah bagian dari komunikasi perundingan. Setiap kali ada dua pihak, baik perseorangan, kelompok, ataupun Organisasi (diwakili sebagian anggotanya) bertemu untuk berdialog, berdiskusi, rapat dan sebagainya, dan pertemuan itu bertujuan untuk meraih persetujuan bersama, maka kegiatan tersebut dapat disebut Sebagai perundingan. Mengapa perlu berunding? Apa hubungan antara berunding dan kegiatan negosiasi?
Jawabnya adalah:
1. Dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan kemasyarakatan tidak ada hal yang bersifat mutlak. Segala sesuatunya bersifat relatif. Satu sama lain, baik orang, kelompok pun termasuk organisasi tergantung satu sama lain. Scbagai contoh, orang boleh berkata bahwa dalam sistem teknologi informasi khususnya bisnis softwnre, Microsoft adalah rajanya dan mereka bersifat monopolisiik. Namun, perlu diingat, dalam hal bisnis mereka boleh monopoli, tidak ada saingan, mereka bebas menentukan berapa saja harganya, mereka boleh mendikte pasar sesuai keinginan mereka. Namun, di sisi lain, mereka harus takluk dengan berbagai ketentuan pemerintah. tunduk kepada kepentingan para pemasok, jaringan distributor, kelompok konsumen dan sebagainya.
2. Dalam hubungan-hubungan tersebut terdapat hubungan peran, yaitu siapa merencanakan apa, siapa melakukan apa, dan scbagainya.
3. Masing-masing pihak memiliki kepentingan yang harus diperjuangkannya, dan pihak lain diminta untuk memberikan persetujuannya.
4. Karena adanya faktor kepentingan ini maka ada kecenderungan, salah satu pihak berusaha untuk memaksakan kehendaknya agar kepentingannya disetujui. Satu menang, yang lain kalah.
5. Bila perundingan tidak berjalan dengan baik, pihak yang satu melihat bahwa pihak yang lain tidak akomodatif, sementara pihak yang lain menilai pihak yang satunya cenderung memaksakan kehendak, maka pada akhirnya yang terlihat menonjol adalah sebuah suasana atau atmosfer yang menyiratkan adanya ketegangan di antara pihak-pihak yang berunding tersebut.
Tujuan perundingan pada umumnya tidak untuk keluar sebagai pemenang, tetapi untuk mencapai persetujuan yang seimbang yang dirasakan adil bagi kedua belah pihak. Itulah persetujuan yang akan ditaati oleh kedua belah pihak. (Helena Cornelius & Shoshana Faire, 1995) Negosiasi, menurut Bill Scott (1990), adalah sebuah bentuk pertemuan antara dua pihak (pihak kita dengan pihak lain) yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah persetujuan bersama. Agar tercipta persetujuan bersama, langkah-langkah negosiasi, menurut Bill Scott, membutuhkan beberapa persyaratan, metode, taktik, dan strategi. Guna mencapai persetujuan bersama yang ditaati kedua pihak, para pihak yang akan melakukan negosiasi harus melakukan beberapa tahapan dalam negosiasi. Negosiasi dimulai lewat penciptaan iklim, yaitu iklim kerja sama. Bila iklim kerja sama ini telah terbentuk maka selanjutnya akan tercipta situasi kerja sama yang harmonis dan kreatif. Setelah situasi kerja sama ini terbentuk, barulah tahapan negosiasi atau pelaksanaan negosiasi berjalan. Pada saat negosiasi berlangsung, menurut Bill Scott suasananya bisa mengasyikkan, bisa pula menegangkan. Pada saat negosiasi berlangsung hasil akhirnya bisa diramalkan atau bisa dikendalikan, namun bisa pula berkembang liar sehingga sulit untuk dikendalikan. Baru kemudian pada akhirnya tercapai kesepakatan di antara kedua belah pihak.
Iklim kerja sama yang baik menurut Bill Scott adalah bila tercipta situasi yang penuh dengan keramahan, dipenuhi dengan semangat kerja sama, segala sesuatu yang berfungsi untuk mendorong terciptanya kerja sama, serta persetujuan bersama berjalan lancar dan bersifat bisnis. Bersifat bisnis di sini maksudnya adalah bernuansa bisnis. Agar tidak menjadi batu sandungan, Anda perlu juga menyadari bahwa dalam menciptakan iklim ini situasi yang akan dihadapi sangat bervariasi dan variabelnya sangat banyak. Ada saat-saat tegang dan tidak kenal kompromi ketika awal-awal membentuk iklim kerja sama ini. Ada juga suasana yang dirasa berjalan lamban,
3.30. Tips Sukses
Tips sukses melihat kegiatan lobi, diplomasi dan negosiasi merupakan kegiatan komunikasi yang bertujuan memengaruhi maka dibutuhkan beberapa strategi dan kiat mensukseskan tujuannya. Beberapa kiat di bawah ini adalah serangkaian tips yang dibutuhkan untuk mensukseskan kegiatan lobi, diplomasi, dan negosiasi tersebut. Dalam lobi, diplomasi maupun bernegosiasi, umumnya bentuk komunikasi yang dominan dipergunakan adalah komunikasi Interpersonal, dan lebih spesifik lagi adalah komunikasi persuasif. Ada satu rumusan untuk mensukseskan lobi kita sejalan dengan prinsip di atas. KPIB, yaitu Ketahui, Pahami, Ikuti, dan Berikan. Untuk sukses lobi kita, ketahui pengalamanpengalaman yang dimiliki sasaran. Berdasarkan pengalaman itu mereka akan memiliki sebuah pola, yaitu pola yang ikut mewarnai kepribadiannya. Ada saat-saat tertentu dia menolak satu tawaran kita misalnya, hanya karena pernah mengalami peristiwa yang tidak mengenakan Jan imembual mereka merasa kurang nyaman. Pada peristiwa yang berbeda, ada saat-saat tertentu, karena pengalamannya cukup berkesan tentang sebuah barang atau peristiwa maka ia sangat mengharapkan sekali memeroleh hal yang sama. Mereka akan sangat berterima kasih bila ada yang memberikan dan menganggap orang yang memberikannya sebagai teman istimewa. Tidak sedikit yang menjadikannya sebagai saudara.
Di sinilah kita bisa memegangnya, menanamkan pengaruh pada dirinya. Itulah sebabnya, ketahui dan pahami pengalamanpengalaman sasaran lobi kita ini. Pengalaman, pendidikan, status sosial, religi yang dianutnya, lingkungan yang membentuknya, membuat sasaran lobi memiliki sebuah kerangka referensi yang menjadi acuannya dalam bertindak dan berpikir. Saat berhubungan dengan seorang sasaran lobi misalnya, memang ada peluang mengubah persepsinya tentang sesuatu yang sudah menjadi kerangka referensinya. Namun, hal itu membutuhkan kerja keras, membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk mengubahnya. Lagi pula adanya perbedaan tidak lantas menyebabkan kita tidak bisa memengaruhi mereka. Di sini yang dibutuhkan adalah menanamkan pengertian pada mercka bahwa memang ada perbedaan di antara kita dengan dia. Namun, bukan berarti menjadikan perbedaan itu sebagai tembok pemisah, melainkan saling mengisi. Langkah yang diambil adalah dengan mengikuti kerangka berpikir mereka, kerangka referensi mereka dan di antara perbedaan itu pasti ada sesuatu yang sama atau hampir mirip meski sedikit, cari pertautan yang ada di dalamnya. Gunakan pertautan yang sedikit itu sebagai jembatan untuk menyatukan perbedaan itu. Jadi, di sini nilai moralnya, jangan ragu untuk mengikuti kerangka berpikir atau kerangka referensi sasaran lobi kita.
Pengalaman dan kerangka referensi sasaran lobi kita, termasuk tuntutan keluarga, akan mendorongnya untuk memiliki seperangkat harapan untuk dipenuhi. Di antaranya, harapan untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan anggota keluarganya termasuk harapan dirinya sendiri. Ia mungkin ingin menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya di luar negeri, jalan-jalan bersama keluarga di luar negeri dan sebagainya. Di kantor, sebagai tuntutan jabatan mereka mungkin ingin melebarkan usahanya, memperluas pabriknya, meningkatkan target produksi sehingga pendapatannya meningkat pesat, dan yang pasti target untuk mengejar laba sebesar-besarnya. Di masyarakat, mereka ingin kehadirannya bisa memberi arti, bisa membantu masyarakat yang membutuhkannya. Harapan-harapan ini tidak semuanya hisa dicapainya sendiri, butuh orang, alat, dan sistem untuk mencapainya. Untuk keberhasilan lobi kita sehingga mau mengikuti kehendak kita, berikan dan penuhi yang menjadi harapan Sasaran lobi kita. Dengan demikian, sukses lobi kita sudah di depan mata.
3.31. Antara Komunikasi Dan Kuasa
Untuk mensukseskan komunikasi persuasi sehingga bisa melipatgandakan hasil lobi, diplomasi dan negosiasi kita, kita harus juga memahami kekuatan dari kamnnikasi serta hubungan antara komunikasi dengan “kuasa”. Komunikasi bertujuan untuk memengaruhi. Komunikasi lobi kita adalah bertujuan mendapatkan teman yang berguna dan sekaligus memengaruhinya untuk pencapaian tujuan lobi kita. Untuk memengaruhinya, ada upaya paksa yang halus, yaitu dengan memberikan pressure berupa teori, fakta, data, dan informasi, Kadangkala juga disertai mobilisasi komponen pengaruh lainnya, seperti kekuatan politik, kolusi, dan nepotisme. Komponen pengaruh yang agak positif, misalnya, lewat jaringan kerja (networking). Seseorang merasa tidak cnak menolak ajakan kita karena jalinan pertemanan kita dengannya sudah sedemikian erat. Keseluruhan komponen pendukung tersebut sah-sah saja sebagai alat bantu untuk mendukung keberhasilan lobi kita. Terlepas dari masalah etis atau tidak, juga tidak jarang sasaran lobi disodori berbagai aksesoris yang dapat mengikat dan menjerat. Dengan demikian, masalah bagaimana memengaruhi sasaran lobi adalah tugas penting buat para pelobi atau negosiator. Sedangkan kuasa adalah kemampuan atau kesanggupan berbuat sesuatu. Kuasa juga merupakan wewenang untuk menentukan sesuatu. Kuasa juga merupakan pengaruh yang ada pada seseorang sebagai konsekuensi dari jabatan atau martabat yang dimilikinya. Itu pengertian menurut kamus. Kuasa juga dapat diartikan scbagai kekuatan. Dalam konsep keknatan ini kuasa didefinisikan sebagai kemampuan untuk memaksakan kemauan kepada orang lain. Kuasa akan membatas! pilihan orang yang menjadi sasarannya.
Max Weber menyebutkan, kekuasaan adalah kemampuan untuk melaksanakan kehendak sendiri sekalipun mengalami tantangan atau perlawanan dari pihak lain. Dalam membahas konsep kuasa ini, Robby Chandra menyebutkan bahwa dalam garis besarnya kuasa memiliki dua arti. Pertama kuasa bersifat totalitarian yang artinya bersifat mutlak, tidak mau dikritik dan mau menang sendiri, dan tidak bisa mentolerir perbedaan. Kedua, bersifat redemptive (membebaskan) berarti penebusan atau penyelamatan. Kuasa adalah kemampuan atau kesanggupan berbuat sesuatu. Kuasa juga wewenang untuk menentukan sesuatu. Kuasa juga merupakan pengaruh yang ada ada seseorang sebagai konsekuensi dari jabatan atau martabak yang dimilikinya. Kuasa juga dapat diartikan sebagai kekuatan. Dalam konsep kekuatan ini kuasa didefinisikan sebagai kemampuan untuk memaksa kemauan kepada oranglain. Kuasa akan membatasi pilihan menjadi sasarannya. Memiliki kuasa berarti memiliki pengaruh. Lobi adalah kegiatan untuk memengaruhi orang lain. Pada saat kita berhasil memengaruhi sasaran lobi, berarti kita memiliki “kuasa” atasnya.
Robby I. Chandra menyebutkan kuasa redemptive ini memiliki 3 yaitu:
a. Kuasa membebaskan orang dani ketergantungan keterikatan dan ketertutupan.
b. Kuasa juga memberi manfaat bayi kalangan tertentu dengan kata lan, ada subjek nyata yang menerima manfaat dari kehadiran kuasa pembebasan tadi.
c. Kuasa membebaskan untuk sesuatu yang luhur, lebih luas dan lebih memungkinkan keutuhan terwujud. Dengan kata lain, kuasa memiliki arah dan dinamika pergerakan keluar dari diri
Robby juga menyebutkan kekuasaan memiliki dasar dasar Dengan kata lain, bagaimana seseorang bisa memiliki kuasa bisa dilihat dari uraian berikut ini:
• Pengetahuan tertentu tentang teknologi (termasuk akses terhadap informasi dan pengetahuan)
• Wibawa struktural (karena jabatan struktural dan budayanya organisasi).
• Akses terhadap dana (memiliki dana akan memiliki posisi tawar yang tinggi).
• Penerimaan orang banyak (popularitas dan sebagainya)
• Kharisma (kualitas spiritual dan hal hal yang bersitat supranatural)
3.32. Antara Motif Dan Kebutuhan
Hal lain yang perlu diketahui adalah motif dan kebutuhan. Dalam melobi Anda pun perlu mengetahui berbagai motif dan kebutuhan ini untuk bisa memengaruhi. Dari buku Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat diperoleh pemahaman mengenai berbagai motif manusia dalam hubungannya sebagai makhluk sosial.
Menurut W.I. Thomas dan Florin, motif manusia terdiri dari berbagai keinginan:
• Keinginan memeroleh pengalaman baru,
• Keinginan untuk mendapatkan respons dari pihak yang berkomunikasi atau berhubungan dengannya,
• Keinginan akan pengakuan dari pihak lain,
• Keinginan akan rasa aman.
Menurut David McClelland:
• Kebutuhan berprestasi (need for achievement).
• Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation).
• Kebutuhan berkuasa (need for power).
Menurut Abraham Maslow:
• Kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
• Kebutuhan akan keterikatan dan cinta (belongingness and love needs).
• Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs).
• Kebutuhan untuk pemenuhan diri (self actualization).
Menurut Melvin II. Marx:
• Kebutuhan organismis, meliputi: Motif ingin tahu (curiosity), Motif kompetensi (competence), Motif prestasi (achievement)
• Motif-motif sosial, meliputi: Motif kasih sayang (affliatton), Motif kekuasaan (power), Motif kebebasan (independence)
Juga perlu kita pegang pendapat Carl Rogers:
• Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi, 'aku'nya menjadi pusat perilakunya.
• Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dani mengaktualisasikan diri.
• Individu bereaksi pada situasi sesuai persepsi tentang diri dan dunianya.
• Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri
• Kecenderungan batiniah manusia adalah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.
Pemahaman pelobi tentang berbagai motif dan kebutuhan di atas akan mempermudah upaya-upayanya memengaruhi sasaran lobi. Sejauh pesan-pesan lobi Anda tidak bertentangan dengan motif dan kebutuhan sasaran lobi, tidak ada alasan untuk menolak Anda. Perpaduan antara pengetahuan Anda tentang data dan informasi psikologis milik sasaran lobi, pemahaman tentang motif dan kebutuhan mereka, adalah modal utama untuk menggolkan komunikasi lobi Anda.
3.33. Memahami Pola Pikir Orang
A. Kerangka Berpikir Pimpinan Pemerintah, BUMN dan Swasta.
Kerangka Berpikir Pimpinan Pemerintahan
1. Sebagai regulator, pembuat regulasi pemerintah menetapkan dan mengeluarkan berbagai peraturan, ketentuan dan kebijakan termasuk anjuran yang menjadi pedoman atau petunjuk dalam mengoperasikan atau menjalankan BUMN
2. Sebagai operator, yang mengoperasikan untuk peran ini hampir seluruhnya telah ditinggalkan dan dilimpahkan kepada orang BUMN itu sendiri,
3. Sebagai owner, sebagai pemilik atas BUMN. Sudah jelas bahwa BUMN itu milik pemerintah dan dalam menjalankan fungsi kepemilikannya diwakili Menteri Negara BUMN. Porsi kepemilikannya bisa mutlak 100%.
Kerangka Berpikir Pimpinan BUMN
Pada saat pergantian pemimpin tertinggi maka jajaran dibawahnya juga diganti. Hal yang cukup serius jadi ganti pimpinan biasanya diikuti dengan gantinya supplier dan distributor. Tentang gantinya supplier dan distributor bagi seorang pelobi tentu menjadi suatu ancaman tetapi juga bisa menjadi suatu peluang. Sebaiknya jika ada pergantian pimpinan, supplier dan distributor yang sudah bergabung harus melakukan ancang-ancang dan mempersiapkan strategi pendekatan sehingga posisi tidak akan ikut diganti.
Kerangka Berpikir Pimpinan Swasta
Sebuah perusahaan swasta sebelum menjadi perusahaan besar pasti dimulai dari kecil yang digerakkan semangat dan jiwa wiraswasta yang tinggi. Nilai-nilai yang tumbuh adalah nilai dari diri pendirinya. Prinsip customer intimacy demikian kental dalam perusahaan swasta. Seiring tumbuhnya perusahaan, katakanlah yang mencapai 15-25% maka sistem mulai dibangun, rentang birokrasi mulai melebar, kegesitan dan keterbukaan mulai berkurang. Pimpinan yang posisinya dibawah cenderung melimpahkan tanggung jawab atas ide yang masih samar keberhasilannya kepada pimpinan diatasnya, bila pimpinan tidak berani bertanggung jawab, maka ide tersebut dinaikkan hingga kejabatan yang paling tinggi.
3.34. Antara Pengambil Keputusan dan Eksekutor
Pengambil keputusan tidak selalu eksekutor. Dalam suatu pemerintahan ada peran sebagai supporting staff yaitu :
• Ada pejabat yang mendatangani sebuah kebijakan yang telah diputuskan
• Ada eselon dibawahnya yang melaksanakan / mengoperasikan
• Ada pejabat yg menyediakan equipment (berbagai perlengkapan) seperti data, informasi dsb.
Dengan kata lain ada layer pimpinan tertinggi,manajer dan staff. Agar lobi sukses dan berjalan sesuai rencana maka ketiga layer tersebut hrs diberhentikan. Ada satu ciri yang menarik saat kita mengadakan kerja sama atau hubungan bisnis dengan BUMN, juga saat kita mengurus berbagai perizinan di lembaga pemerintah. Di perusahaan milik negara (BUMN) maupun di lembaga pemerintah, pengambil keputusan tidak selalu sekaligus sebagai eksekutor. Juga dibedakan dengan peran supporting staff. Ada pejabat yang menandatangani sebuah kebijakan yang telah diputuskan, ada eselon di bawahnya yang melaksanakan/ mengoperasikan, dan ada pejabat yang menyediakan eguipment (berbagai perlengkapan), seperti data, informasi, dan sebagainya, agar keputusan bisa langsung beroperasi (running). Dengan kata lain, ada layer pimpinan tertinggi, manajer, dan staf (tingkatan operasional). Jika lobi kita ingin sukses dan hasilnya sesuai dengan yang kita rencanakan, ketiga layer ini harus sama-sama diperhatikan (dalam bahasa Jawanya diopeni) dengan baik. Hal tersebut harus dilakukan bila kita tidak ingin mengalami hambatan dalam melobi.
Ada sebuah fenomena menarik yang hampir menjadi pendapat umum. Untungnya, fenomena ini terjadi pada beberapa dasawarsa yang lalu dan sudah tidak terjadi lagi sekarang, itu yang kita.harapkan. Ada kecurigaan, setiap lobi selalu diikuti dengan aksesoris '3 Ta'. Lobi - 3 Ta, yaitu 'tahta', 'harta' dan 'wanita', (Kedudukan, uang, dan wanita). Layer yang berposisi atau berkedudukan di bawah kerap memunculkan statement ini kepada banyak orang, umumnya dalam bentuk desas-desus, merasa tidak menerima '3 Ta' tadi, sementara pimpinan atau atasannya menerima dan semuanya dikuasai layer yang di atas saja.
Di sisi lain, ada juga pendapat, layer yang di atas sudah tidak perlu lagi karena takut terhadap sanksi hukum dan moral, sedangkan layer yang di bawah masih perlu. Bila pendapat tersebut masih kental mewarnai lobi ketika kita berhubungan dengan lembaga pemerintah, termasuk tentunya saat berhubungan dengan pihak lain yang memiliki watak yang sama,
3.35. Strategi Memahami Pola Pikir Orang
Pola pikir adalah kepercayaan atau kumpulan kepercayaan yang dimiliki seseorang, yang menjadi acuan utamanya dalam berpikir, berbicara, dan bertindak. Sekurangnya ada empat faktor yang memengaruhi pola pikir, yaitu lingkungan keluarga, pergaulan dengan masyarakat, pendidikan, dan sistem kepercayaan seseorang. Beberapa pola pikir manusia dapat dirangkum dan masing-masing dapat diketahui seperti di bawah ini:
• Pola Pikir Kharismatik
• Pola Pikir Tenasitas
• Pola Pikir Perasaan
• Pola Pikir Mencoba-coba
• Pola Pikir Ilmiah
3.36. Definisi Konflik
Daniel Webster (dalam Pickering, 2001:1) mendefinisikan konflik sebagai :
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok Satu sama Jain.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan (misalnya: pertentangan pendapat, kepentingan, atau pertentangan antar individu).
3. Perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tuntutan yang bertentangan.
4. Perseteruan.
Karena konflik berarti perseteruan atau perselisihan tentunya memiliki dampak negatif. Peg Pickering dalam bukunya How to Manage Conflict (2001:3-4), menyebutkan dampak buruk konflik, yaitu:
• Produktivitas menurun
• Kepercayaan merosot
• Pembentukan kubu-kubu
• Informasi dirahasiakan dan arus komunikasi berkurang
• Timbul masalah moral
• Waktu terbuang sia-sia
• Proses pengambilan keputusan tertunda.
Namun, dia juga mengemukakan dampak positif dari konflik sebagai berikut:
• Motivasi meningkat
• Identifikasi masalah/pemecahan meningkat - Ikatan kelompok lebih erat
• Penyesuaian diri pada kenyataan
• Pengetahuan/keterampilan meningkat
• Kreativitas meningkat • Membantu upaya mencapai tujuan
• Mendorong pertumbuhan.
3.37. Konflik Harus Diselesaikan
Untuk menyelesaikannya, menurut Pickering, beberapa anggapan salah tentang konflik ini harus diselesaikan dulu. Anggapan salah tentang konflik ini bisa dilihat dalam bukunya, yaitu:
1. Konflik bila dibiarkan akan teratasi dengan sendirinya
2. Konfrontasi dengan sebuah persoalan atau dengan seseorang adalah hal yang tidak menyenangkan
3. Konflik dalam perusahaan menandakan pemimpinnya tidak bisa memimpin
4. Konflik di antara karyawan menandakan mereka tidak peduli terhadap perusahaan
5. Amarah selalu bersifat ncgatit dan merusak.
3.38. Anggapan Salah Bahwa Konflik Harus Dihilangkan
Menurut Pickering :
1. Alangkah mudahnya jika konflik bisa selesai dengan sendirinya. Konflik harus segera diselesaikan, jika tidak akan semakin sulit dikendalikan.
2. Dalam menyelesaikan konflik terkadang memang harus dengan konfrontasi. Konfrontansi bukanlah perang melainkan duduk di meja perundingan untuk menyelesaikan masalahnya.
3. Salah jika beranggapan bahwa konflik dalam peru ahaan menandakan pemimpinnya tidak bisa memimpin. Dengan kemampuan menyelesaikan konflik yang ada dalam timnya, kepemimpinannya semakin teruji. Sebagai contoh, seorang joki yang hebat ditandai dengan kemampuannya menaklukkan kuda liar dan membawanya memenangkan pacuan kuda.
4. Konflik bisa menunjukkan adanya kepedulian yang besar dalam diri orang itu pada kondisi perusahaan.
5. Amarah tidak bisa disebut negatif atau positif. Amarah yang terkendali menunjukkan ada emosi di situ. Bila dikendalikan dengan baik akan mampu menghasilkan situasi yang kondusif hagi perusahaan.
Mungkinkah dalam melobi timbul konflik? Sangat mungkin sekali. Konflik mungkin saja muncul dalam kubu tim pelobi antara lain:
1. Ada perbedaan pendapat di dalam kubu Tim.
2. Konflik kepentingan. Tiap individu peserta lobi atau yang mengikuti proses lobi berkemungkinan memiliki agenda tersendiri. Menjadi masalah jika ada hidden agenda yang kontra dengan agenda lobi, yang tidak diungkap kepermukaan.
3. Berebut pengaruh. Untuk menjadi ketua tim, misalnya, sering di antara anggota tim lobi terjadi saling 'sikut', saling mendiskreditkan dan sebagainya. Masing-masing berusaha agar pihaknya yang ditunjuk untuk menjadi ketua tim, pihak lain sebaliknya hanya menjadi anggota saja.
4. Double agent. Ada kecurigaan, dalam tim lobi ada agen ganda. Tidak hanya mewakili kepentingan tim dan organisasi, tetapi dia juga mewakili kepentingan pemerintah atau pihak lain karena ia adalah agen pemerintah ataupun agen pihak seteru (lawan).
5. Konflik antara tim dengan pimpinan atau salah satu pimpinan organisasi/ perusahaan tempatnya bekerja. Ada tim yang diberangkatkan dengan kebebasan penuh untuk memutuskan, sedangkan ada yang diberangkatkan dengan seperangkat rambu dan persyaratan atau pembatasan yang bertujuan untuk membatasi kewenangan tim dalam menyetujui keputusan hasil lobi.
3.39. Hambatan Komunikasi
Lobi merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi. Dalam proses melobi terdapat hambatan yang membuat proses melobi tersebut gagal atau terganggu dan penyebab salah satu nya adalah hambatan komunikasi. Menurut Bill Scott (1990) mengatakan bahwa dalam proses komunikasi terdapat hambatan-hambatan, sebagai berikut:
1. Apa yang dikatakan belum tentu didengar
2. Apa yang didengar belum tentu dimengerti
3. Apa yang dimengerti belum tentu diterima
4. Pembicara mungkin tidak dapat mengetahui apa yang telah didengar atau dimengerti dan diterima oleh pendengar. Blake dan Haroldsen juga menyimpulkan beberapa sumber gangguan semantik, antara lain:
• Kata-kata yang dipergunakan terlalu sukar dimengerti atau dipahami komunikan.
• Perbedaan dalam memberikan arti kata denotatif pada kata-kata yang dipergunakan saat berkomunikasi.
• Pola kalimat yang dipergunakan komunikator membingungkan komunika.
• Terdapat perbedaan budaya antara komunikator dengan komunikan.
Berdasarkan perkataan Devito (1996) bahwa hambatan komunikasi terjadi dikarenakan:
1. Polarisasi
2. Orientasi Internasional
3. Kekacauan karena menyimpulkan fakta secara keliru
4. Implikasi pragmatis
5. Hambatan akibat potong kompas (by passing).
6. Kesemuan (allness)
7. Evaluasi statis
A. Hambatan Komunikasi pada Saluran
Gambar atau bagan berikut ini adalah bagan sebuah proses komunikasi. Bagan tersebut memang bukan bagan komunikasi tatap muka (face to face communication), melainkan komunikasi yang menggunakan saluran komunikasi. Saluran komunikasi yang dipergunakan bisa berupa telepon, email, surat pos, SMS, teleconference, atau bcrupa mcdia massa semacam surat kabar, majalah, radio, atau telvisi. Namun, bagi pclobi bagan ini juga perlu diketahui. Adakalanya lobi informal yang dilakukan di satu tempat masih perlu dilanjutkan atau dituntaskan lewat komunikasi melalui media atau saluran komunikasi. Contohnya, setelah lobi di satu kafe selesai, disepakati penawaran harga akan dikirim lewat mcdia. Biasanya, menggunakan telepon, email, atau faks. Pemilihan saluran ini juga perlu mendapatkan perhatian. Potensi terjadinya hambatan komunikasi di situ besar sekali.
Sebagaimana diutarakan Bill Scott maupun Blake dan Haroldsen, listrik bisa saja mati, tinta bisa saja tumpah, sehingga mengotori suratsurat sehingga tidak bisa dibaca. Telepon bisa saja rusak schingga suaranya berisik dan komunikan atau komunikator tidak bisa dengan jelas mendengar pesan yang ditujukan padanya. Bila menggunakan mesin faks, bisa saja mesinnya sudah tidak bekerja dengan sempurna sehingga hasil yang diterima komunikan banyak bercak hitamnya. Akibatnya, pesan tidak bisa dibaca. Banyak hambatan lain yang bisa timbul akibat gangguan pada saluran komunikasi tersebut.
Gambar 3.2 Bagan Proses Hambatan Komunikasi
Sumber: (Partao, 2006)
3.40. Menanggulangi Hambatan
Lobi, diplomasi dan negosiasi adalah pengambilan keputusan bersama yang dilandasi tujuan berupa keuntungan bersama. Berkomunikasi dalam melobi memerlukan keterampilan tidak hanya berkomunikasi, tetapi juga mendengar dan menyimak. Selain itu sebagai komunikator kita harus mampu menarik dan mengikat perhatian komunikan.
Berkomunikasi juga berarti harus bisa membuat komunikan mengerti. Untuk dapat dimengerti komunikan, tentu komunikator harus menggunakan kalimatkalimat atau pesan-pesan yang bisa dimengerti komunikan. Kita harus menggunakan data, istilah, simbol, dan lambang yang mudah mereka mengerti. Untuk pilihan kalimat yang memikat adalah pilihan kalimat yang singkat, padat, dan sederhana. Sederhana artinya bahasa dan pilihan simbol atau isyarat yang menyertainya adalah bahasa dan simbol yang mudah dipahami. Itu semua adalah satu-satunya cara untuk mengatasi hambatan komunikasi yang disebabkan hambatan intelektual, bahasa (kosa kata teknik, pendidikan, dan pengetahuan di bidang teknik kurang) yang terdapat dalam diri komunikan atau sasaran lobi.
Agar sasaran lobi tidak menjadi hambatan itu sendiri dan bersedia menyetujui pihak Anda, pesan lobi Anda harus memberikan gambaran manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh oleh komunikan bila ja menerimanya. Selain memberikan manfaat dan keuntungan untuknya, Anda harus meyakinkannya bahwa keputusan yang akan diambil! tidak akan membawa risiko yang mengancam dirinya, risiko yang selama ini memang sudah dihindarinya. Bila ia masih menemukan masalah di kemudian hari, sehingga membuat sasaran lobi kita terlempar ke tempat yang berisiko, berikan ia solusi yang akan menjamin keamanan dan keselamatan dirinya, keluarganya termasuk karier dan masa depannya. Hanya dengan itu, hambatan untuk menyetujui pesan komunikator bisa dihilangkan.
Mencegah munculnya hambatan-hambatan lain yang dapat memengaruhi proses Inbi kita. Penentuan sasaran lobi, penentuan tempat, penentuan topik, penentuan waktu (timing), dan penentuan orang yang akan dilibatkan dalam proses lobi harus diperhitungkan dengan matang. Kesalahan kecil pun dapat memengaruhi proses dan hasil lobi. Kesalahan dalam menentukan berbagai unsur dan komponen lobi tersebut juga bisa memengaruhi proses komunikasi yang akan terjadi. Untuk itu, misalnya ruangan, tempat, dan sebagainya, termasuk menu, harus dipersiapkan agar tidak mengurangi kenyamanan saat lobi tengah berlangsung.
Lain-lain dan Berbagai Tips:
• Lobi tidaklah sekali jadi, ikuti semua setiap perkembangannya.
• Keep contact, ingatkan selalu dengan SMS yang sopan akan janji-janji antara kita dengan dia.
• Kadang perubahan datang begitu cepat, bertindaklah cepat saat diperlukan.
• Dengarkan secara efektif.
• Bila sasaran mengalami kesulitan, bimbing dan tuntutlah mereka.
• Bila mengalami kesulitan, kita bisa juga menghubungi pihak-pihak tertentu yang dapat memberikan rekomendasi.
• Padukan kemampuan komunikasi kepemimpinan kita, ingat model atau gaya komunikasi kepemimpinan terdahulu dan sebagainya.
• Bangun citra diri yang positif dan dapat dipercaya, karena bukan hanya data yang dibutuhkan melainkan citra diri kita.
3.41. Tingkat Kedalaman Komunikasi
Menurut Robby I. Chandra dalam bukunya Teologi dan Komunikasi (1995) tingkat kedalaman komunikasi ada 4. Pertama, komunikasi basa-basi yang tujuannya membuka pembicaraan. Komunikasi demikian bisa berlanjut ke tingkat berikutnya, bisa juga hanya berakhir di situ. Kedua, komunikasi yang mengarah pada tukar-menukar informasi. Ketiga, komunikasi yang menuju ke saling tukar penilaian. Hal yang dipertukarkan di sini antara Jain berbagai macam perasaan, seperti rasa suka dan tidak suka, kemarahan, kejemuan, dan scbagainya. Terakhir, komunikasi tingkat tertinggi, bertujuan untuk saling bertukar perspekstif iman. Sasaran akhir yang diharapkannya adalah pertumbuhan bersama.
Perlunya memahami tingkatan komunikasi ini adalah karena bisa membantu kita dalam mengembangkan keterampilan komunikasi dan membantu suksesnya proses komunikasi lobi kita. Meski materi lobi telah kita siapkan sejak jauh hari, tidak mungkin kita bisa langsung masuk ke inti masalah tanpa melalui proses basabasi terlebih dulu. Kembali ke contoh dialog tadi, komunikasi tersebut baru sampai pada tataran pertama, komunikasi basa-basi. Memahami komunikasi basabasi relatif mudah karena di dalamnya tidak terkandung konsekuensi yang berat dan berisiko.
3.42. Tipe Kepribadian dan Kecerdasan Manusia
Tipe kepribadian manusia dalam memahami komunikan dan untuk suksesnya komunikasi lobi, komunikator tidak saja harus memahami field of experience, frame of reference, dan scope of expectations-nya, kita juga harus mengetahui betul berbagai macam tipe kepribadian manusia. Tipe-tipe kepribadian ini selain memengaruhi cara bersikap, cara berkomunikasi, dan cara mewujudkan kebutuhan dan keinginan-keinginan, juga memengaruhi cara komunikan serta orang yang berkomunikasi dengannya, berbicara, bersikap, dan mengambil keputusan. Kita harus mengenal baik dan harus hisa menyesuaikan diri dengan tipe kepribadian komunikan jika ingin rencana lobi sukses. Empat tipe kepribadian yang diungkapkan Florence L.ittaner (1992) ini adalah tipe dasar. Terdapat variasi hubungan dan kombinasi tipe kepribadian yang dimiliki setiap manusia, termasuk kita. Itulah sebabnya, tidak ada manusia yang memiliki sifat-sifat, tingkah laku, termasuk cara berbicara yang sama persis satu sama lain. Ada kemiripan memang, pada beberapa orang. Akan tetapi, hanya mirip. Tidak ada yang sama persis.
Secara singkat, berikut ini adalah 4 tipe kepribadian dasar manusia Sebagaimana dirumuskan oleh Florence Littauer dalam bukunya Personality Plus, yaitu:
• Sanguinis. Manusia yang menmuliki tipe kepribadian ini dicirikan memiliki sifat-sifat yang terbuka, ceria, dan optimis. Banyak pembicara publik yang memiliki sifat ekstroverl ini. Pemilik kepribadian ini tampak selalu ceria. ltu karena dalam benaknya ia selalu menginginkan kesenangan, selalu ramah kepada banyak orang, berorientasi pada hubungan, jenaka, mudah bergaul, populer, artistik, emosional, teriis terang, dan tentu saja penuh optimisme
• Melankolis. Pemilik kepribadian ini memiliki ciri berupa sifat yang cenderung tertutup (introvert) dan pesimis. Para penulis ternama banyak yang hadir dari tipe kepribadian ini. Orientasi tindakan pemilik kepribadian ini adalah pada kesempurnaan. Dalam segala hal ia menginginkan kesempurnaan. Bersifat tertutup, namun berorientasi pada kewajiban. Mereka memiliki jiwa artistik, namun emosional. Mereka juga berorentasi pada cita-cita dan senang terhadap sesuatu yang teratur.
• Plegmatis. Pemilik kepribadian ini hampir sama dengan melankolis, yaitu tertutup (introvert) dan pesimis. Profesi yang banyak digeluti penyandang kepribadian ini adalah profesi pengamat. Mereka ini sangat menginginkan dan menjunjung tinggi kedamaian. Mereka tidak emosional, berkeinginan kuat, dan berorientasi pada hubungan. Tindakannya selalu didorong oleh tujuan. Hanya saja sifat pesimisnya cukup kuat.
• Koleris. Pemilik kepribadian ini bersifat terbuka (ekstrovert) dan optimis. Mereka adalah para pelaku. Pemilik kepribadian ini sangat menginginkan kekuasaan atau kontrol. Bila memiliki cita-cita, maka keinginannya untuk meraih cita-cita tersebut begitu kuat dan tegas. Senang dengan keteraturan, tidak emosional, ramah pada semua orang, suka blak-blakan, dan sudah tentu selalu optimis.
Kita bisa menarik manfaat pada hasil temuan Dr. Gardner yan dituangkannya dalam buku Frames of Mind, yang menjelaskan bahwa kecerdasan manusia tidak sekadar diukur dari 10 saja. Selengkapnya dapat kita kutip dari buku Acselerated Learning (Rose dan Nichols 2001: 2-3) Rose dan Nichols menguraikan tipe-tipe kecerdasan manusia yang menurut Gardner seperti berikut ini:
• Kecerdasan Linguistik (Bahasa). Setiap orang yang memiliki jenis kecerdasan ini unggul dalam kemampuan membaca, menulis dan berkomunikasi dengan kata-kata maupun bahasa. Contohnya dari Indonesia adalah Mochtar Lubis, Rosihan Anwar, Rendra, dan almarhum Bing Slamet.
• Kecerdasan Logis-Matematis. Kemampuan berpikir (menalar) dan menghitung, berpikir logis, dan sistematis. Contoh yang terkenal di luar negeri adalah Albert Einstein, dari Indonesia adalah almarhum Andi Hakim Nasution, mantan rektor IPB, dan Prof. Yohanes Surya.
• Kecerdasan Visual-Spasial. Kemampuan berpikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan. Membayangkan berbagai hal pada mata pikiran Anda. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini antara lain para arsitek, seniman, pemahat, pelaut fotografer, dan perencana strategis. Anda menggunakan kecerdasa'' Ini ketika memiliki cita rasa arah, ketika Anda berlayar atau menggambar. Untuk dunia contohnya adalah Picasso, Frank Lloyd Wright, dan Colombus. Dari Indonesia, misalnya adalah Affandi,Ketut, Darfis Taryadi dan sebagainya.
Kemudian selain tipe kepribadian koleris, sanguinis, plegmatis dan koleris juga terdapat delapan tipe kepribadian Myers-Briggs yaitu diantaranya:
1. Kepribadian Introvert
2. Kepribadian Ekstrovert
3. Kepribadian Mengindera
4. Kepribadian Intuitif
5. Kepribadian Pemikir
6. Kepribadian Perasa
7. Kepribadian Mengatur
8. Kepribadian Mengerti
3.43. Tipe-tipe Kepribadian Pemicu Konflik
Menurut Charles J. Keating (1995) terdapat dua belas tipe kepribadian pemicu konflik yakni:
1. Pengkritik, orang yang selalu melihat kerjaan orang lain dari sisi kurangnya saja.
2. Si agresif, memiliki ciri-ciri berupa hasrat yang menyala-nyala.
3. Tukang gossip, suka berkhayal bahwa dirinya adalah sumber informasi.
4. Sang moralis, orang yang senang bercerita tentang hal yang bersifat baikburuk, benar dan jahat, dan sebagainya.
5. Si martir, orang yang senang bercerita tentang dirinya sebagai pahlawan.
6. Tuan perfeksionis, orangyang selalu ingin tampil sempurna.
7. Penggemar hal-hal sepele, adalah orang yang selalu mempermasalahkan banyak hal sepele.
8. Si sumbu pendek, masalah setiap orang dianggapnya masalah penting.
9. Si pembual, orang yang diminta akan menceritakan segala hal tentang dirinya yang tidak sebaik milik kita sehingga dia perlu menanamkan kesan sebaliknya dan terkesan membesar-besarkan.
10. Orang yang sinis, orang yang suka memandang dari sisi negative.
11. Seniman merendahkan diri untuk meremehkan orang lain, mereka mirip dengan si pembual. Halus tutur katanya, manis namun cenderung merendahkan orang lain.
12. Penipu, orang yang tidak punya Nurani. Orang yang tidak pernah berkata benar.
3.44. Menciptakan Kerja Sama
Kesan pertama sangatlah penting. Buat remaja yang baru jatuh cinta pasti sepakat mengatakan, “Cinta pertama tidak pernah mati.” Mengapa tidak pernah mati, karena kesan pertama itu langsung terpatri di dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Dalam hubungan persahabatan pun umumnya kesan pertama ini yang akan menentukan hubungan mereka akan langgeng atau hanya sebentar untuk kemudian putus dan terlupakan. Dalam hubungannya dengan sasaran lobi kita, kita akan mampu menciptakan kerja sama yang baik ini juga banyak dipengaruhi kesan pertama ini. Sekali kesan pertama buruk, untuk selanjutnya kita akan dinilai buruk.
Kesan pertama ini bisa diraih dengan bersikap positif, mudah senyum, menghargai, dan menghormatinya dengan baik. Pesan moralnya di sini adalah tersenyumlah dalam banyak kesempatan kepada banyak orang, senyum yang tulus, karena bukan tidak mungkin kita harus bekerja sama dengan mereka kelak dalam kegiatan lobi-melobi. Kedua, bangunlah kepercayaan dalam dirinya. Orang hanya mau berteman, mau bekerja sama dengan orang lain yang menurut dia dapat dipercaya. Oleh karena itu, langkah kedua setelah tercipta kesan pertama, jadilah orang yang dapat dipercaya. Untuk dapat dipercaya, jadilah orang yang jujur. Berikutnya, jadilah orang yang dapat dipegang kata-katanya. Untuk itu, jangan sekali-kali membuat janji bila tidak Japat memenuhinya. Jangan membuat keputusan yang tidak bisa Anda laksanakan dan tidak dapat Anda patuhi.
Buatlah ia kagum pada diri Anda. Untuk sampai pada kekaguman pada diri Anda banyak yang harus Anda lakukan. Saat berbincang-bincang dengannya, bicaralah tentang dirinya Tentang minatnya profesinya, dan hobinya. Bicara tentang sesuatu yang menarik minat sasaran lobi Anda akan membuat dia antusias.
Terakhir adalah hobinya. Anda bisa mengetahuinya dengan mencari tahu setiap akhir pekan acara yang sering mendominasi jadwal kegiatannya. Berolahraga, berburu, melukis, atau keg tan lainnya. Memeroleh informasi tentang minat, profesi lain sel in pekerjaan pokok dan hobinya, bisa Anda dapatkan langsung dengan bertanya padanya, bisa juga dari teman dekatnya, pegawainya asistennya, sekretarisnya, atau yang paling sering tepatnya daripada melesetnya, adalah sopirnya. Pada beberapa orang sopir juga serin menjadi tempat curhat.
Setelah berhasil membuatnya kagum, maka ia akan senang dengan Anda dan bersahabat dengan Anda Rasa suka dan senang ini sudah mendekati rencana kita dan menjawab pertan bagaimana membuat orang mau bekerja sama dengan kita. Prosesnya diawali dengan membuat sasaran lobi kita merasa penting. Lakukanlah itu dengan tulus. Berikan pujian padanya, hal-hal yang dia capai. Ini membuat dia merasa penting dan semakin suka pada Anda. Terakhir, untuk menjadikan sasaran lobi senang bekerja sama dengan Anda, berikut ini adalah rumusannya
• Bila Anda punya ide dan ingin bekerja sama dengannya, buatlah seolah ide Andaadalah idenya.
• Ketika kita ingin bekerja sama dan mendapat dukungan penuh dari seseorang berikan kerja sama dan dukungan penuh terlebih dahulu padanya, James K. Van Fleet (1997).
• Upayakan mengurangi kepentingan diri sendiri untuk mempertahankan kerja sama
• Ketahui keinginan mereka, ketahui kebutuhan mereka.
• Sebagai pelobi yang ingin menciptakan kerja sama, Anda harus mampu melihat kebutuhan dan keinginan sasaran lobinya.
• Bila telah terbina kerja sama yang baik, bicaralah selalu tentang kesamaankesamaan , kurangi bicara tentang perbedaan-perbedaan untuk menghindari konflik.
3.45. Pengertian Dan Fungsi Komunikasi Non Verbal Dalam Lobi, Negosiasi
Dan Diplomasi
Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja, komunikasi nonverbal secara umum didefinisikan sebagai “pesan-pesan yang diekspresikan secara sengaja atau tidak sengaja melalui gerakan/tindakan/ perilaku atau suara-suara atau vokal yang berbeda dari penggunaan kata-kata dalam bahasa”.
Dalam banyak buku definisi bahasa tubuh juga banyak ragamnya. Namun, yang lebih mendekati topik bahasa kita disebutkan bahasa tubuh adalah gerak-gerik dan posisi tubuh yang dilakukan secara sadar ataupun tidak, yang mengkomunikasikan pikiran dan perasaan seseorang. Perlu diperhatikan dengan saksama di sini adalah penggunaan istilah “diekspresikan sccara sengaja atau tidak sengaja” dan “dilakukan secara sadar ataupun tidak.” Dari istilah tersebut kita bisa menangkap dua buah prinsip yang sangat penting untuk kegiatan komunikasi. Pertama, komunikasi nonverbal tidak sama dengan komunikasi verbal. Komunikasi verbal harus dilakukan dengan sadar dan sengaja. Prosesnya selalu dimulai dengan pemberian makna serta perumusan pesan dan diakhiri dengan pengiriman pesan. Komunikasinya, pengiriman pesannya, dilakukan secara sadar karena dia punya motif-motif tertentu. Kedua, Pesan-pesan nonverbal bisa diekspresikan secara tidak sengaja ataupun sengaja, dan secara sadar ataupun tidak. Jadi, secara tidak sengaja atau secara tidak sadar bisa saja pesan-pesan nonverbalnya keluar. Hal yang menarik di sini, yang diekspresikannya. Fungsi Komunikasi Nonverbal
Pevito (2001) mengutip Ekman (1965) dan Knapp (1978) mengatakan ada enam fungsi bahasa nonverbal. Keenam fungsi bahasa nonverbal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fungsi menekankan Saat Anda berperan sebagai komunikator, saat Anda menyampaikan pesan-pesan kepada lawan bicara Anda, Anda dapat menunjukkan mimik wajah serius, dapat pula disertai atau diikuti senyuman pada kesempatan lainnya.
2. Fungsi melengkapi. Saat Anda berkomunikasi dengan seseorang, Anda melihat ada ketidakjujuran di situ, ada kebohongan di situ.
3. Menunjukkan kontradiksi. Kadang kala dalam satu pembicaraan yang melibatkan beberapa orang, Anda perlu mengirimkan sinyal-sinyal yang ditujukan pada orang tertentu dan bukan semua yang hadir guna mendapatkan persetujuannya, atau untuk memberikan pesan-pesan khusus yang bukan untuk semua peserta yang hadir di situ.
4. Fungsi mengatur. Kadang saat berbicara, dan pembicaraan Anda belum selesai seluruhnya (Anda merasa belum semua pesan disampaikan), ada peserta lain yang hadir disitu ingin memotong pembicaraan Anda, atau bila Anda hanya berdua, lawan bicara Anda hendak mcmotong pembicaraan
Anda, sementara belum semua pesan disampaikan, maka agar dia tidak memotong pembicaraan Anda sebelum selesai bicara seluruhnya (untuk mencegah orang lain bicara atau mencegah lawan bicara Anda bicara).
5. Fungsi mengulangi. Selain fungsi-fungsi di atas, fungsi lainnya adalah fungsi mengulangi. Fungsi ini untuk mengulangi pesan lisan Anda, namun tidak dengan kata-kata atau dengan suara, melainkan cukup dengan gerakan tubuh atau gesture. Tujuannya, agar lawan bicara Anda langsung mengikuti instruksi atau ajakan Anda.
6. Fungsi menggantikan. Fungsi terakhir sebagaimana dikatakan Devito adalah fungsi menggantikan. Tidak sedikit pesan yang dikirim, digantikan dari bahasa lisan ke bahasa isyarat.
Fungsi bahasa tubuh dalam lobi dan diplomasi dibutuhkan dalam menjalankan lobi dan diplomasi. Dalam membangun hubungan atau relasi dengan mitra bisnisnya, kesan pertama sangatlah penting untuk menilai apakah relasi dari mitra bisnisnya dapat dipercaya atau tidak? Bisa diandalkan atau tidak? Karena dengan ini apabila calon bisnisnya gagal memberikan kesan pertama yang baik maka bisa jadi rencana kerja sama kedua belah pihak gagal. Bahasa tubuh berfungsi menjadi rentang nilai apakah bisnis tersebut berjalan lancar atau tidaknya. Disisi lain, fungsi bahasa tubuh bermanfaat untuk mencairkan suasana dalam lobi, diplomasi, dan negosiasi. Alasan logisnya adalah tidak setiap pertemuan lobi bisa mencairkan suasananya. Bahasa tubuh sasaran lobi bisa membantu kita sehingga bisa memperkirakan reaksi yang akan dia berikan atas usul-usul dan permintaan kita.
3.46. Pesan-Pesan Komunikasi Non Verbal
Berkaitan dengan komunikasi politik, ada lima klasifikasi pesan nonverbal yang dapat digunakan (Rakhmat, 2003), yaitu pesan kinesik, proksemik, artifaktual, paralinguistik, dan sentuhan. Sementara itu, Cangara (2009) mengelompokkan pesan nonverbal menjadi sepuluh 10 bentuk sebagaimana berikut ini.
a) Pesan Kinesik (Kinesics) Kinesik merupakan simbol nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan tubuh. Misalnya emblems adalah isyarat yang memiliki arti langsung terhadap simbol yang dibuat gerakan badan.
Mengangkat jari telunjuk serta jari tengah, yang membentuk huruf V yang sering dilakukan tokoh perjuangan Palestina Yaser Arafat mempunyai arti victory atau kemenangan.
b) Pesan Sentuhan (Touching) Sentuhan adalah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan, seperti berjabat tangan, saling rangkul, dan menepuk pundak supaya bisa bertambah akrab satu sama lain.
c) Intonasi Suara (Paralanguage) Intonasi adalah isyarat yang ditimbulkan oleh tekanan atau irama suara. Pada suatu ekspresimen yang dilakukan di Jurusan Ilmu Komunikasi Northwestern University (AS) ditampilkan dua orang pembicara yang berbeda tapi dengan materi yang sama. Ternyata ekspresimen itu menghasilkan kesimpulan adanya pembicara yang dapat memikat pendengar lantaran faktor artikulasi pengucapan kata yang baik serta suara menggelegar, sementara pembicara yang satunya kurang dapat memikat pendengar sebagaimana pembicara pertama. Karena itu, seorang kandidat/juru kampanye perlu sedapat mungkin punya suara yang berwibawa.
d) Gerakan Mata (Eye Gaze) Mata ialah alat komunikasi yang paling mengandung makna dalam memberi isyarat tanpa kata. Ungkapan pandangan pertama mempunyai makna yang ditimbulkan oleh karena gerakan mata. Dalam berbagai studi yang dilakukan pakar psikologi tentang gerakan mata, disimpulkan bahwa jika seseorang tertarik pada sebuah objek tertentu, pandangannya akan terarah ke objek tersebut tanpa terputus pada waktu yang relatif lama dengan bola mata cenderung menjadi besar.
e) Diam (Silent) Berbeda dengan tekanan suara maka sikap diam pun sebagai simbol nonverbal yang memiliki makna. Max Picard menyatakan bahwa diam tidak selamanya mempunyai arti negatif, tetapi bisa juga melambangkan sikap positif. Banyak orang mengambil sikap diam lantaran tidak mau menyatakan sesuatu hal yang menyakitkan orang lain, misalnya berkata “tidak”.
f) Postur Tubuh Orang lahir ditakdirkan dengan berbagai jenis bentuk tubuh. Well dan Siegel (1961), dua pakar psikologi melalui studi yang mereka lakukan, berhasil menggambarkan bentuk tubuh manusia dengan karakternya. Kedua pakar ini membagi bentuk tubuh manusia menjadi tiga tipe, yaitu ectomorphy bagi orang yang memiliki tubuh kurus tinggi, mesomorphy bagi mereka yang mempunyai bentuk tubuh tegap, tinggi serta atletis, dan terakhir endomorphy untuk mereka yang memiliki tubuh pendek, bulat dan gemuk.
g) Artifak dan Visualisasi Seni juga banyak memberi isyarat yang mengandung makna. Para antropolog dan arkeolog telah lama memberi perhatian pada benda-benda yang digunakan manusia dalam hidupnya, seperti artifacts, yaitu hasil kerajinan manusia (seni) baik itu yang melekat pada diri manusia atau yang ditujukan kepada kepentingan umum. Artifacts selain mengandung estetika, untuk menunjukkan status atau identitas diri seseorang atau suatu bangsa. Contoh: baju, seragam, topi, cincin, gelang, alat transportasi, alat rumah tangga, arsitektur, monumen, dan lain sebagainya. Benda artifak juga banyak digunakan dalam kampanye politik dengan berbagai macam bentuk, misalnya topi, baret, jaket seragam, pin, dasi, dan alat-alat musik seperti gendang dan pakaian adat.
h) Warna juga memberikan arti terhadap suatu objek. Di Indonesia, warna hijau sering diidentikkan dengan warnai Partai Persatuan Pembangunan, kuning sebagai warna Partai Golongan Karya, merah sebagai warna Partai Demokrasi Indonesia, dan lain sebagainya.
i) Waktu bagi masyarakat awam sering kali dikaitkan pada kepercayaan mereka, tetapi bagi orang berpendidikan tinggi, waktu dilihat dari perpektif musim, seperti musim kemarau dan hujan yang amat memengaruhi aktivitas mereka. Kegiatan kampanye misalnya bisa saja tidak efektif lantaran musim, atau ada peristiwa-peristiwa penting yang lebih menarik perhatian masyarakat daripada kampanye partai.
j) Logo adalah tanda, lambang, atau lencana yang digunakan organisasi, perusahaan, atau partai. Logo menjadi sebuah simbol pesan yang multimakna mulai dari filosofi, visi, misi serta tujuan organisasi/lembaga.
Selain memiliki bendera sebagai simbol-simbol partai, hampir semua partai politik juga memiliki logo.
k) Bunyi-bunyian Hampir semua etnis punya simbol-simbol bunyi, yang diintegrasikan menjadi irama musik atau kesenian. Misalnya suling, tambur, peluit, tepompet dan lain sebagainya. Partai-partai politik juga menggunakan alat komunikasi nonverbal seperti ini, antara lain untuk memupuk semangat kebersamaan, dan juga sebagai perang urat saraf bagi lawan partai dalam berkompetisi merebut suara pemilih.
3.47. Membaca Pikiran Sasaran Lobi
Untuk membaca pikiran sasaran lobi dibutuhkan seseorang yang sudah mengetahui teori-teori komunikasi, termasuk mcmahami cara membaca tipe kepribadian, tipe kecerdasan seseorang, termasuk cara membaca bahasa tubuh. Contoh pertama, seorang direktur utama memiliki tingkat pengetahuannya yang lebih tinggi dari para pegawainya, pemahamannya tentang aspek-aspek pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab sang pegawai, dan berbagai keunggulan lain yang dimiliki sang direktur utama membuat direktur tersebut bisa membaca jalan pikiran pegawainya.
Kedua, kemampuan membaca jalan pikiran ini tentunya dibantu bahasa tubuh yang dipancarkan pegawainya. Pegawainya itu cukup mencintai pimpinannya, kagum, dan hormat pada pimpinannya tersebut. Rasa kagum, hormat, dan percayanya itu membawa pengaruh positif sehingga bahasa tubuh yang muncul keluar adalah bahasa tubuh yang jujur dan polos karena adanya kepercayaan pada sosok direktur utama tersebut. Jadilah si direktur mudah membaca jalan pikiran para pegawainya karena demikian terbuka dan transparannya.
3. 48.Fungsi Mendengarkan Untuk Lobi
Dalam terminologi lobi, kemampuan kita dalam membaca jalan pikiran sasaran lobi juga akan membantu keberhasilan kita dalam melobi. Dengan baiknya kemampuan kita dalam membaca jalan pikiran sasaran lobi, kita bisa mengetahui kebutuhan-kebutuhannya, harapan-harapannya. Kita juga bisa membaca hal-hal yang tidak mereka sukai, sehingga kita bisa menjauhkan hal-hal yang tidak disukainya dan tetap mampu menjaga hubungan yang baik dengannya. Dengan terpenuhinya semua itu, maka untuk memengaruhinya bukanlah hal yang sulit lagi. Tentunya keberhasilan kita dalam melobi akan semakin tinggi presentasenya.
Pada saat melakukan lobi,bila fungsi mendengarkan berhasil diterapkan dengan baik,maka itu menunjukan bahwa anda siap melakukan lobi dan anda berada pada jalur yang benar untuk mencapai keberhasilan lobi. Ada tiga alasan mengapa kemampuan mendengarkan sangat penting:
1. Menurut David K. Berlo, komunikasi akan berhasil apabila antara komunikator dan komunikan terdapat kecocokan atau kesamaan satu sama lain. Kesamaan dalam budaya, sistem sosial, pendidikan, pengalaman, harapan. Untuk mencapai kesamaan tersebut, tentu tidak sama seluruhnya karena pada intinya manusia itu berbeda satu sama lain,maka ada yang harus berubah,tentunya yang harus berubah adalah kita bukan sasaran lobi. Alasannya jauh lebih mudah untuk mengubah diri sendiri daripada mengubah orang lain.dengan perubahan pada kita bukan berarti kita yang dipengaruhi dia. Walau sekilas seolah kita yang dipengaruhi,tetapi dibalik itu ada sebuah strategi. Demi strategi kita mengalah, menyesuaikan diri dengan mereka. Strateginya adalah mengalahkan kekerasan dengan kelembutan.
2. Hasil riset tentang mendengarkan menyebutkan aktivitas terbesar yang dilakukan manusia dalam kegiatan sehari-harinya adalah mendengarkan.
3. Dengan mendengarkan kita memberi sentuhan emosional, memeberikan perhatian, memberikan penghargaan. mendengarkan juga produk perasaan atau produk emosi. perasaan dan emosi ikut mempengaruhi kinerja pendengaran kita. Saat emosi dan perasaan sedang buruk,fungsi pendengaran tidak bekerja dengan baik atau malah terlalu sensitif, sebaliknya, saat emosi dan perasaan baik akan cenderung mendengarkan dengan detail dan teliti. Nilai positif dari ini adalah jika ingin sasaran lobi mendengarkan, mau mencermati data dan informasi yang disodorkan, buatlah perasaan dan emosinya senang.
3.49. Fungsi Umpan Balik Dalam Mendengarkan
Antara kegiatan mendengarkan dan memberikan feedback sangat erat kaitannya. Pada sisi sebagai pelobi perlu mendengarkan dengan baik agar bisa memberikan feedback yang tepat pada sasaran lobi. Mengapa dari sudut pelobi ? Ada dua alasan: Pertama sebagai pelobi anda berada pada pihak yang membutuhkan. Berada pada pihak yang sangat tergantung pada keputusan sasaran lobi. kedua pada sasaran lobi kita, umpan balik yang kita berikan lewat proses mendengarkan yang kita lakukan, sasaran lobi dapat menyesuaikan pesannya, memodifikasi, memperkuat atau mengubah isi atau bentuk pesannya. Manfaat yang bisa diraih dalam mendengar dikaitkan dengan umpan balik maka lewat mendengar kita akan dapat:
• Menangkap informasi yang diharapkan ,dikehendaki sasaran lobi sehingga ia mengabulkan keinginan kita ketika melobinya
• Menangkap kekecewan sasaran lobi pada kita agar kita tidak mengulangi kembali,diikuti dengan pemberian service recovery,servis tambahan untuk meredahkan kekecewaannya pada kita atau pada perusahaan
• Menangkap kesalahpahaman yang mungkin telah terjadi sebelumnya sehingga kita bisa mengklarifikasi dan meredakan mungkin amarah yang timbul sebagai akibat kesalahpahaman itu.
Agar manfaat mendengarkan dapat efektif berfungsi harus memperhatikan prinsip-prinsip antara lain:
1. Kesegeraan
2. Kejujuran
3. Kepatutan
4. Kejelasan
3.50. Mendengarkan Yang Efektif
Untuk menguasai teknik-teknik mendengarkan, harus mengetahui beberapa dimensi tentang cara mendengar yang efektif, yaitu :
• Mendengarkan partisipatif dan pasif
• Mendengarkan secara empatik dan secara objektif
• Mendengarkan tanpa menilai dan mendengarkan secara kritis.
• Mendengarkan secara dangkal dan secara dalam
3.51. Teknik Mendengarkan Aktif
1. Ajukan pertanyaan dan ulangi pikiran pembaca
2. Jangan menginterupsi
3. Berilah respon pada pendengar anda
4. Tatap mata pembicara
5. Jangan mengalihkan topik pembicaraan yang sedang dibangun pembicara.
6. Kendalikan emosi Anda.
| Disusun Oleh :
Choirunnisa Gwenmeirada
Andriansyah Putra Pratama
Agnita Ayucendika
Julfianta Tarigan
| View |