Collection Details
Namespace:
ChanK1908
Dataset:
Collection:
Cardiology
Owner:
0x35d1cd19556eefcc9e38a3059af55cf3183ec351
Transaction:
Timestamp:
Nov.26.2023 12:54:48 AM
Status:
OnChain
Collection Documents
_id | Medical | View |
---|---|---|
ec607a91adc25a8e70ef45b1a89976dc0bdf9888dfb6d8aa413390946a7292a53 | Masyarakat Indonesia sangat menyukai berbagai jenis makanan yang digoreng. Terbukti, gorengan sudah menjadi lauk maupun camilan yang wajib dinikmati setiap hari. Makan yang digoreng dengan minyak panas memang terasa gurih dan renyah.
Banyak yang mengatakan makanan yang digoreng lebih nikmat dibandingkan makanan yang dikukus atau direbus. Padahal, gorengan memberikan banyak risiko kesehatan untuk tubuh. Selain itu, terlalu sering makan gorengan juga berakibat buruk pada kondisi kulit.
Ira Purnamasari Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya menjelaskan makanan yang digoreng mengandung lemak jahat (LDL) yang merugikan kesehatan jika dikonsumsi berlebihan.
Ira menjelaskan lemak merupakan makronutrien yang paling lambat dicerna, hal ini akan memperlambat pengosongan perut sehingga menyebabkan perut kembung, mual, kram hingga diare.
“Makanan berminyak yang mengandung banyak kalori bisa menyebabkan seseorang kelebihan berat badan hingga mengalami obesitas, dimana obesitas sendiri mengakibatkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, dan penyakit kanker,”jelas Ira Kamis (31/8/22)
Menurut penjelasannya, kolesterol terbentuk dari lemak jenuh yang didapatkan dari makanan berminyak yang seseorang konsumsi. Kolesterol merupakan lemak berwarna kekuningan mirip lilin yang dalam batas tertentu diperlukan manusia, akan tetapi, jika kolesterol yang beredar dalam darah dalam jumlah banyak, maka akan menumpuk pada dinding pembuluh darah arteri.
“Jika dibiarkan lama kelamaan akan menebal dan mengeras sehingga dapat menyumpat aliran darah ke jantung dan otak, sehingga mengakibatkan seseorang menderita jantung koroner dan stroke,”tambahnya lagi.
Ia juga menambahkan selain penyakit jantung koroner dan stroke, makanan berminyak juga dapat menyebabkan penyakit diabetes. Lemak jenuh yang terkandung pada makanan berminyak memang tidak secara langsung membuat gula darah melonjak, akan tetapi meningkatnya kadar kolesterol yang dihasilkan oleh lemak tersebut dapat menyebabkan resistensi insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi pankreas, berperan penting dalam mengendalikan gula darah.
Terakhir, makanan berminyak seperti gorengan juga dapat menyebabkan penyakit kanker. Zat berbahaya yang berada pada minyak goreng yang dalam penggunaannya tidak sekali pakai untuk menggoreng, meghasilkan zat berbahaya.
“Zat berbahaya tersebut disebut akrilamida yang menempel pada gorengan yang kita konsumsi, dimana zat tersebut merupakan senyawa karsinogenik atau zat pemicu kanker,”tutup Ira. | View |
ec607a91adc25a8e70ef45b1a89976dc0bdf9888dfb6d8aa413390946a7292a52 | Masyarakat Indonesia sangat menyukai berbagai jenis makanan yang digoreng. Terbukti, gorengan sudah menjadi lauk maupun camilan yang wajib dinikmati setiap hari. Makan yang digoreng dengan minyak panas memang terasa gurih dan renyah.
Banyak yang mengatakan makanan yang digoreng lebih nikmat dibandingkan makanan yang dikukus atau direbus. Padahal, gorengan memberikan banyak risiko kesehatan untuk tubuh. Selain itu, terlalu sering makan gorengan juga berakibat buruk pada kondisi kulit.
Ira Purnamasari Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya menjelaskan makanan yang digoreng mengandung lemak jahat (LDL) yang merugikan kesehatan jika dikonsumsi berlebihan.
Ira menjelaskan lemak merupakan makronutrien yang paling lambat dicerna, hal ini akan memperlambat pengosongan perut sehingga menyebabkan perut kembung, mual, kram hingga diare.
“Makanan berminyak yang mengandung banyak kalori bisa menyebabkan seseorang kelebihan berat badan hingga mengalami obesitas, dimana obesitas sendiri mengakibatkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, dan penyakit kanker,”jelas Ira Kamis (31/8/22)
Menurut penjelasannya, kolesterol terbentuk dari lemak jenuh yang didapatkan dari makanan berminyak yang seseorang konsumsi. Kolesterol merupakan lemak berwarna kekuningan mirip lilin yang dalam batas tertentu diperlukan manusia, akan tetapi, jika kolesterol yang beredar dalam darah dalam jumlah banyak, maka akan menumpuk pada dinding pembuluh darah arteri.
“Jika dibiarkan lama kelamaan akan menebal dan mengeras sehingga dapat menyumpat aliran darah ke jantung dan otak, sehingga mengakibatkan seseorang menderita jantung koroner dan stroke,”tambahnya lagi.
Ia juga menambahkan selain penyakit jantung koroner dan stroke, makanan berminyak juga dapat menyebabkan penyakit diabetes. Lemak jenuh yang terkandung pada makanan berminyak memang tidak secara langsung membuat gula darah melonjak, akan tetapi meningkatnya kadar kolesterol yang dihasilkan oleh lemak tersebut dapat menyebabkan resistensi insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi pankreas, berperan penting dalam mengendalikan gula darah.
Terakhir, makanan berminyak seperti gorengan juga dapat menyebabkan penyakit kanker. Zat berbahaya yang berada pada minyak goreng yang dalam penggunaannya tidak sekali pakai untuk menggoreng, meghasilkan zat berbahaya.
“Zat berbahaya tersebut disebut akrilamida yang menempel pada gorengan yang kita konsumsi, dimana zat tersebut merupakan senyawa karsinogenik atau zat pemicu kanker,”tutup Ira. | View |
ec607a91adc25a8e70ef45b1a89976dc0bdf9888dfb6d8aa413390946a7292a51 | Lansia sering kali dihadapkan pada tantangan kesehatan jantung yang lebih besar akibat proses penuaan. Namun, olahraga lari telah terbukti menjadi solusi yang efektif dalam meningkatkan kesehatan jantung mereka. Dalam kajian yang dilakukan terhadap hubungan antara olahraga lari dengan kesehatan jantung pada lansia, banyak temuan menarik yang memberikan wawasan penting tentang manfaat lari bagi kesehatan jantung pada kelompok usia ini.
Manfaat Olahraga Lari bagi Kesehatan Jantung Lansia
1. Meningkatkan Fungsi Kardiovaskular
Olahraga lari membantu melatih dan memperkuat jantung serta pembuluh darah, meningkatkan kapasitas kardiorespirasi, dan memperbaiki aliran darah ke seluruh tubuh. Ini dapat membantu dalam mencegah penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.
2. Peningkatan Kebugaran Fisik
Aktivitas lari secara teratur dapat meningkatkan kekuatan otot jantung serta stamina dan daya tahan tubuh, memungkinkan lansia untuk tetap aktif dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih baik.
3. Menurunkan Risiko Penyakit Jantung
Lari secara teratur telah terbukti dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner dan penyakit kardiovaskular lainnya pada lansia. Ini karena olahraga lari membantu mengontrol berat badan, meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL), dan mengurangi risiko peradangan.
4. Meningkatkan Kualitas Hidup
Selain manfaat fisik, lari juga memiliki dampak positif pada kesehatan mental. Endorfin yang dilepaskan selama aktivitas lari dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres, membantu lansia merasa lebih baik secara keseluruhan.
Pertimbangan Penting
Namun, sebelum memulai program latihan lari, lansia perlu berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan terlebih dahulu. Hal ini penting untuk menyesuaikan program latihan dengan kondisi kesehatan individu dan memastikan keamanan serta efektivitasnya.
Dalam kesimpulan, olahraga lari dapat menjadi pilihan yang sangat baik untuk meningkatkan kesehatan jantung pada lansia. Dengan adanya manfaat yang signifikan bagi kesehatan fisik dan mental, olahraga ini bukan hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi juga investasi dalam kualitas hidup jangka panjang. Dukungan dari dokter atau ahli kesehatan dalam merencanakan program latihan yang sesuai akan menjadi langkah awal yang baik untuk memulai perjalanan menuju kesehatan jantung yang lebih baik pada usia lanjut. | View |